Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap Presiden Joko Widodo menyaksikan produksi perdana gas Lapangan Jangkrik di Blok Muara Bakau, Selat Makassar, Kalimantan Timur.
"Nanti kalau sudah mulai beroperasi kira-kira pertengahan Mei, mudah-mudahan Bapak Presiden berkenan untuk menyaksikan pengoperasian pertama," kata Jonan usai menghadiri Upacara Penamaan Kapal FPU Jangkrik di Saipem Karimun Yard, Tanjung Balai, Kepulauan Riau, Selasa (21/3/2017).
Jonan berharap Presiden bisa menyaksikan gas pertama yang ditargetkan mengalir pada Juni 2017 dan diolah melalui kapal Jangkrik sebagai FPU gas pertama dan terbesar yang dimiliki Indonesia hingga saat ini.
Adapun kapal FPU Jangkrik dirancang untuk pengolahan gas dengan kapasitas hingga 450 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd).
"Kalau misalnya di Masela atau East Natuna jalan, mungkin mereka lebih besar, tetapi saat ini yang paling besar dioperasikan adalah FPU Jangkrik," kata dia.
Ia pun mengapresiasi Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau yang melakukan percepatan perizinan sehingga pembangunan fasilitas FPU jangkrik dan produksi gas pertama bisa lebih cepat 12 bulan dari perkiraan. Dalam Rencana Strategis Kementerian ESDM tahun 2015-2018, produksi pertama diperkirakan pada 2018.
Kapal FPU Jangkrik akan beroperasi di Blok Muara Bakau yang berlokasi di Cekungan Kutei, lepas pantai Selat Makassar, yakni sekitar 70 km dari garis pantai Kalimantan Timur.
Sebanyak 10 sumur produksi gas bawah laut yang telah dikompresi dan siap berproduksi akan dihubungkan dengan FPU yang kemudian mengolah dan menyalurkan gas menggunakan pipa bawah laut sepanjang 79 km.
Selanjutnya, gas akan disalurkan ke dalam jaringan produsen gas Kalimantan Timur dan berakhir pada pemakai dalam negeri di Kalimantan Timur dan kilang LNG Bontang.
FPU Jangkrik juga berfungsi sebagai penyulingan dan menstabilkan kondensat serta menyalurkannya ke darat melalui jaringan distribusi setempat dan berakhir di kilang kondensat Senipah.
Lebih dari 50 persen produksi Lapangan Jangkrik akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik sehingga diharapkan memberi kontribusi signifikan terhadap kebutuhan energi nasional dan pembangunan ekonomi.
Blok Muara Bakau dioperatori oleh ENI Muara Bakau BV sejak 2002 dengan kepemilikan saham sebanyak 55 persen dan mitranya Engie E&P sebesar 33,3 persen serta PT Saka Energi Muara Bakau sebesar 11,7 persen. Penemuan gas pertama didapatkan pada 2009 pada garis sumur Jangkrik-1. Di blok yang sama, sekitar 20 km di sebelah timur laut Lapangan Jangkrik, ditemukan lapangan Jangkrik North East pada 2011. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Tag Terkait: