Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dominasi Isu Domestik Dorong IHSG Tembus Rekor (II)

        Dominasi Isu Domestik Dorong IHSG Tembus Rekor (II) Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tito Sulistio juga menilai berkaca pada tata kelola fiskal pemerintah yang membaik maka tidak alasan untuk tidak menaikan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi.

        "Dari segi tata kelola manajemen fiskal, kemudahan berinvestasi, serta peraturan-peraturan yang ada sebenarnya kita sudah masuk dalam level itu," ujarnya.

        Saat ini, lanjut dia, lembaga pemeringkat internasional yang telah memberikan peringkat "investment grade" kepada Indonesia, seperti Moodys Investors Service (Moodys), dan Fitch Ratings, hanya S&P yang belum memberikan peringkat "investment grade".

        Sementara itu, Kepala Riset dan Strategis Bahana Sekuritas Harry Su mengatakan bahwa S&P yang mengunjungi Indonesia dalam rangka melakukan update peringkat yang akan dilakukan pada Juni mendatang, memberikan harapan bagi IHSG untuk melaju lebih tinggi.

        Menurut dia, selain sentimen mengenai pemerintah yang akan mempercepat belanja untuk infrastruktur, kemungkinan Indonesia mendapatkan peringkat investment grade juga katalis bagi IHSG.

        "Bahana meyakini perkiraan IHSG mencapai level 6.000 poin pada akhir 2017 ini semakin kuat, dan bahkan level itu bisa terjadi sebelum akhir tahun 2017 ini," katanya.

        Harry Su juga menilai stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa bulan terakhir ini, meski The Fed menaikkan suku bunga acuannya pada bulan ini, ternyata tidak terlalu mempengaruhi perekonomian Indonesia.

        Menurutnya, harga komoditas global yang relatif stabil menjadi penolong untuk meningkatkan pendapatan petani, yang pada akhirnya akan memberi dukungan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan Bahana sekitar 5,3 persen pada tahun ini.

        Tingkatkan Peran PT Bursa Efek Indonesia juga berkomitmen akan terus meningkatkan peran industri pasar modal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional salah satunya melalui bentuk setoran pajak.

        "Setoran pajak dari industri pasar modal mencapai sekitar Rp110 triliun, atau 12 persen dari pencapaian pajak negara di sepanjang 2016," ujar Tito Sulistio.

        Ia memaparkan bahwa setoran pajak itu berasal dari emiten saham sekitar Rp89,70 triliun, dan sekitar Rp12,99 triliun berasal dari dividen saham. Dirinya mengaku optimis kontribusi pasar modal Indonesia terhadap pajak akan terus meningkat menyusul bertambahnya jumlah emiten tercatat di BEI.

        "Setiap tahunnya kita berupaya menambah jumlah emiten sebanyak 30 emiten, terutama BUMN maupun anak usaha," katanya.

        Dalam rangka mendukung peningkatan emiten, Tito Sulistio mengatakan bahwa pihaknya berupaya meningkatkan kapasitas dan kualitas perusahaan efek yang memiliki kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek (underwriter) serta memberikan kepercayaan lebih kepada Profesi Penunjang.

        Menurut dia, dengan semakin meningkatnya sinergi antar pelaku pasar maka dapat mendukung pertumbuhan jumlah emiten sehingga menyemarakkan industri. Dengan demikian industri pasar modal dapat semakin menjadi cerminan maupun tolok ukur bagi kemajuan perekonomian Indonesia.

        Di sisi lain, lanjut dia kontribusi pasar modal Indonesia terhadap kesejahteraan masyarakat juga meningkat menyusul industri yang memiliki kinerja positif.

        "Dari seluruh jenis investasi di pasar modal, kekayaan masyarakat bertambah Rp215 triliun dari saham, obligasi dan instrumen lainnya. Artinya, konsumsi masyarakat bertambah," katanya.

        Dengan optimisme perekonomian Indonesia dan harapan adanya perbaikan peringkat utang Indonesia oleh S&P serta laporan laba perusahaan yang meningkat, diharapkan menjaga kinerja IHSG untuk jangka panjang. (Ant/Zubi Mahrofi)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: