Nilai tukar petani (NTP) Sulawesi Selatan?terus mengalami penurunan sepanjang 2017. NTP Sulsel pada Maret kembali anjlok sebesar 0,66 persen. Secara nasional, NTP alias daya beli petani Sulsel berada pada urutan 14, jauh dari capaian tahun-tahun sebelumnya yang selalu masuk lima besar. Turunnya daya beli petani Sulsel terbilang ironi mengingat daerah ini dikenal sebagai pencetak swasembada beras dan jagung.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Nursam Salam mengatakan beragam faktor mempengaruhi penurunan?NTP Sulsel yang tercatat 100,74 persen pada Maret 2017 di antaranya empat dari lima subsektor mengalami penurunan dibandingkan periode lalu.
"Terjadi penurunan 0,66 persen dibandingkan Februari yang mencapai 101,41 persen. Sulsel sendiri berada di urutan 14 secara nasional, padahal sebelumnya sering masuk lima besar," kata Nursam di Makassar, Senin kemarin (3/4/2017).
Berdasarkan data BPS, peringkat pertama NTP secara nasional dicatat oleh Sulbar sebesar 105,44 persen. Disusul Bali (104,72 persen), NTB (104,71 persen), Gorontalo (104,43), dan Lampung (103,82 persen). Adapun, lima daerah dengan peringkat NTP terendah dicatat oleh Sulut (91,65 persen), Sumsel (94,94 persen), Aceh (95,11 persen), Sulteng (95,36 persen), dan Bengkulu (95,37 persen).
Nursam memaparkan empat subsektor di Sulsel yang mengalami penurunan adalah NTP-Tanaman Pangan (NTP-P) sebesar 1,49 menjadi 97,15 persen; NTP Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) sebesar 1,1 persen menjadi 92,57 persen; NTP ?Peternakan (NTP-Pt) sebesar 0,05 persen menjadi 107,98 persen dan NTP Perikanan (NTP-Pi) sebesar 0,44 persen. Satu-satunya subsektor yang naik yakni NTP Hortikultura (NTP-H) sebesar 0,89 persen menjadi 112,56 persen.
NTP sendiri diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang harus dibayarkan petani. NTP menjadi salah satu indikator melihat tingkat daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksi. Semakin tinggi NTP, Nursam mengatakan mengindikasikan makin kuat pula tingkat daya beli petani.
Menurut Nursam, kembali merosotnya NTP Sulsel merujuk pada hasil pemantauan harga-harga di pedesaan pada Maret 2017. Secara umum terjadi penurunan 0,66 persen dibandingkan periode bulan lalu.
"Penurunan terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,56 persen. Di sisi yang lain, indeks yang yang dibayar petani justru mengalami kenaikan sebesar 0,1 persen," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: