Pemerintah Kota Kupang mendapatkan Rp8 miliar dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana melalui Kementerian Keuangan untuk merehabilitasi dan merekonstruksi korban bencana di wilayah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.
"Dana ini merupakan dana hibah dan sudah masuk ke rekening Pemerintah Kota Kupang untuk segera dimanfaatkan bagi kepentingan rekonstruksi dan rehabilitasi pascabencana di daerah ini," kata Wali Kota Kupang Jonas Salean, di Kupang, Rabu (5/4/2017).
Menurut dia, karena merupakan dana hibah untuk kepentingan rekonstruksi dan rehabilitasi bencana, maka nantinya harus difokuskan untuk kepentingan tersebut.
Dinas teknis, lanjut dia, sudah diminta untuk bisa merealisasikan anggaran tersebut secara baik dan harus berbasis data sehingga tidak disalahgunakan untuk kepentingan yang menyimpang. "Artinya data harus benar-benar valid, sehingga tidak terkesan asal terlaksana," ujarnya.
Mantan Sekretaris Daerah Kota Kupang itu mengaku, dana tersebut sebagai hasil permohonan yang dilakukan setelah daerah tersebut mengalami sejumlah dampak bencana sepanjang akhir 2016 hingga awal 2017 silam.
"Setahu saya yang mendapat dana hibah itu untuk NTT selain Kota Kupang ada juga Kabupaten Sumba Timur, Sumba Barat, dan Kabupaten Lembata," kata Jonas lagi.
Dia menyebutkan meski dampak bencana yang terjadi di seluruh wilayah Kota Kupang sepanjang 2016 hingga awal 2017 itu tidak terdapat korban jiwa, namun dana hibah yang sudah ditandatangani naskah hibahnya pada Rabu pekan lalu itu akan dipakai untuk pengembangan rekonstruksi lainnya.
Lokasi dan wilayah rawan dan terdampak bencana, kata Jonas, harus menjadi prioritas pemanfaatan anggaran tersebut untuk kepentingan pemulihan dampak bencana.
"Ada sejumlah titik lokasi rawan bencana yang menjadi prioritas penanggulangan seperti di Manutapen, Liliba, Oebufu, dan sejumlah kelurahan sepanjang bantaran kali," katanya pula.
Jonas Salean juga berharap warga tetap mewaspadai bencana dengan menjauhi lokasi yang berpotensi bencana, seperti warga yang bermukim di sekitar bantaran kali untuk mewaspadai banjir dan longsor, serta warga tinggal di rindangan pohon untuk mewaspadai tumbang akibat badai kapan saja bisa terjadi.
Dia mengatakan, sejauh ini saat bencana terjadi di Kota Kupang, berupa kebakaran, bencana banjir, longsor, dan pohon tumbang tidak sampai merenggut jiwa manusia.
Hal itu disebabkan kewaspadaan yang dimiliki masyarakat, terutama yang berdomisili di sepanjang bantaran kali pada sejumlah lokasi di daerah ini. "Saat terjadi banjir dan longsor bisa diantisipasi dan bisa dihindari, sehingga tidak ada korban jiwa. Meskipun korban meterial dialami warga," katanya lagi.
Dia mengatakan kewaspadaan wajib disampaikan dan harus terus menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. "Kami selalu ingatkan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri," kata dia.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kupang hingga akhir Maret lalu telah terjadi 76 kebencanaan yang meliputi korban bencana banjir, longsor, pohon tumbang dan sejumlah bencana kebakaran.
Kepala BPBD Kota Kupang Ade Manafe berharap warga segera melaporkan dampak bencana yang dialami, agar bisa langsung ditangani untuk menghindari kemungkinan terjadi korban jiwa.
"Melalui kelurahan dan pihak lainnya warga agar langsung melapor bencana yang menimpa, agar bisa langsung ditangani untuk menghindari kerugian yang lebih besar termasuk korban jiwa," kata Ade Manafe. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: