Merintis bisnis di bidang kuliner tidak mesti dengan memiliki rumah makan atau kafe. Toh, teknologi informasi khususnya media sosial (medsos) telah meniadakan batasan ruang tersebut. Dari hari ke hari, terus bermunculan usaha di bidang kuliner yang cuma bermodal sajian masakan yang dijajakan melalui beragam medsos, mulai dari Facebook hingga Instagram.
Dapur Mom Elmo milik Nays (27) merupakan salah satu usaha kuliner di Kota Makassar yang memanfaatkan medsos untuk promosi. Strategi pemasaran usaha melalui medsos pun terbilang sangat ampuh dalam menggaet pelanggan yang bermuara pada semakin tebalnya pundi-pundi keuangan. Nays menyebut berkat medsos laba bersih usahanya terus meningkat dari tahun ke tahun.
"Beruntung sekali sekarang ada medsos. Beragam produk dari Dapur Mom Elmo dipromosikan di situ (medsos) dan terbilang laris. Berkat medsos pula, saya bisa menjalankan usaha meski belum memiliki tempat khusus untuk jualan," kata Nays saat ditemui Warta Ekonomi?di sela acara Makassar Culinary Night di Jalan Balaikota, Sabtu (8/4/2017).
Saat ini aneka produk dari Dapur Mom Elmo bisa dilihat pada empat aplikasi media sosial di antaranya Facebook, Line, Path, dan Instagram. Ibu dua anak itu menegaskan akan terus menggunakan media sosial sebagai ajang promosi, meski nantinya memiliki rumah makan. Bahkan, pihaknya sedang berusaha mengembangkan pemasaran via media sosial dengan menjajaki aplikasi lainnya.
Bisnis kuliner milik Nays bermula pada 2015. Berawal dari hobinya memasak beragam sajian kuliner nusantara yang diunggah ke media sosial, Nays banjir pesanan. Hampir tiap hari permintaan datang silih berganti untuk membuat makanan khas nusantara. Mulai dari sanggara balanda (olahan pisang khas Sulsel) hingga Ayam Bakar Taliwang (makanan khas Lombok).
"Jadi awal mula terjun ke bisnis kuliner sebenarnya cuma iseng. Saya hobi memasak dan upload ke media sosial. Eh, ternyata banyak yang pesan dan ketagihan, akhirnya keterusan sampai sekarang," ucap ibu muda itu.
Menurut Nays, bisnis kuliner cukup menjanjikan lantaran tidak membutuhkan modal besar, tapi menghasilkan untung berlipat. Ia sendiri mengawali usahanya seorang diri dengan menggunakan modal pribadi. Perlahan tapi pasti, setelah usahanya berkembang, Dapur Mom Elmo mulai merekrut tiga karyawan yang rata-rata masih berstatus mahasiswa.
Nays menjelaskan untuk pengembangan usaha, pihaknya mengandalkan perputaran modal dari bisnis kulinernya. Ia ogah mengambil pinjaman kredit di perbankan lantaran khawatir tidak bisa mengembalikannya. Terlebih, suku bunga kredit di perbankan terbilang cukup tinggi.
"Sedapat mungkin saya menghindari utang atau kredit di perbankan," ucap Nays yang juga masih memikirkan manajemen risiko usahanya.
Nays mengimpikan memiliki rumah makan sendiri dengan konsep prasmanan. Langkah menggapai impian tersebut terus diupayakan dengan menggenjot pemasaran via media sosial. Toh, jangkauan pemasaran aneka makanan racikan ala Dapur Mom Elmo sudah cukup luas. Tak hanya melayani pesanan dari Kota Makassar, tapi pihaknya terkadang menerima pesanan dari luar kota, seperti Jakarta.
Dapur Mom Elmo, lanjut Nays, juga tidak sekadar melayani pemesanan perorangan, tapi juga perusahaan maupun acara kawinan. Untuk acara kawinan misalnya, minimal ada pesanan 200 biji sanggara balanda. Adapun, secara bulanan, rata-rata pihaknya menjual sekitar 800 biji sanggara balanda dan 100 ekor ayam bakar taliwang. Itu belum termasuk aneka makanan lain, seperti ikan kering semur rica dan cakalang rica.
"Tiap bulannya laba bersih (dipotong modal dan gaji karyawan) yang saya peroleh rata-rata Rp4 juta dan itu terus naik. Alhamdullilah, beraneka macam masakan dari Dapur Mom Elmo semakin diminati karena mungkin cita rasanya berbeda dengan yang lainnya. Saya akan terus mengembangkan usaha ini," pungkasnya.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: