Kepala Unit Pengembangan Layanan Infrastruktur Investasi Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Amrizal Arief mengungkapkan jumlah investor pemilik efek alias saham di Sulawesi Selatan?mencapai 7.912 orang. Tercatat, kenaikan 7,8 persen dibandingkan periode yang sama pada 2016 yang berkisar 6.000 orang. Hampir seluruh investor itu berdomisili di Kota Makassar.
Menurut Amrizal, jumlah investor pemilik efek di Makassar maupun di Sulsel terbilang kecil bila dibandingkan jumlah penduduk daerah tersebut. Di Sulsel, tercatat jumlah penduduk menembus sembilan juta jiwa. Sedang, di Makassar, berkisar 1,7 juta jiwa. Masih rendahnya partisipasi warga, lanjut dia, menjadi pekerjaan rumah bersama untuk digenjot dalam upaya menambah investor baru.
Amrizal menjelaskan rendahnya inklusi warga di Makassar maupun Sulsel terhadap pasar modal membuat seluruh pihak mesti bersinergi. KSEI bersama The Indonesia Capital Market Institute (TICMI), Bursa Efek Indonesia (BEI), dan sejumlah kampus terus melakukan edukasi pasar modal untuk menarik minat investor baru.
"Makanya, kami terus melakukan sosialisasi dan edukasi pasar modal di Makassar," kata dia, belum lama ini.
Partisipasi warga dalam pasar modal di Sulsel sebenarnya tidaklah begitu buruk. Berdasarkan data KSEI per akhir Maret 2017, Sulsel menempati urutan ke-11 dari 34 provinsi untuk investor terbanyak. Secara keseluruhan, di Indonesia, jumlah investor pasar modal sudah menembus 950.000 orang.
"Yang cukup menggembirakan juga karena partisipasi investor domestik semakin bagus. Bahkan, sudah lebih besar dibandingkan investor asing," tutur dia.
KSEI sendiri semakin gencar melakukan sosialisasi dan edukasi fasilitas Acuan Kepemilikan Sekuritas alias AKSes. Amrizal mengatakan pihaknya menyasar warga yang sudah menjadi nasabah pasar modal untuk memberikan pemahaman pentingnya pemantauan portofolio investasi secara langsung melalui fasilitas AKSes. "Itu menjadi sarana transparansi informasi dan perlindungan investor. Semoga juga bisa menarik minat investor baru."
Amrizal mengimbuhkan pihaknya sangat memahami bahwa aktivitas investasi di pasar modal yang nyaman perlu didukung infrastruktur yang memadai. Karena itu, pihaknya pada akhir tahun lalu telah meluncurkan Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu atau S-INVEST yang merupakan platform yang terintegrasi untuk industri reksa dana.
Dalam pasar modal di Indonesia sendiri, Amrizal mengakui kebanyakan investor masih lebih senang bermain pada rekening efek alias saham ketimbang reksa dana maupun obligasi. Lagi-lagi, kata dia, persoalan literasi warga menjadi alasan masih kurangnya investor pada dua bagian dari pasar modal tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: