Apple pada hari Selasa (1/8/2017)) melaporkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan selama kuartal terakhir, dengan pendapatan dan keuntungan yang lebih tinggi, dan kemudian memberikan dorongan pada harga sahamnya.
Profit naik 12 persen menjadi US$8,7 miliar, dan pendapatan naik tujuh persen menjadi US$45,4 miliar, dengan perusahaan yang berbasis di California ini menjual 41 juta iPhone pada kuartal ketiga fiskal hingga 1 Juli. Saham naik hampir enam persen menjadi US159,01 dalam perdagangan setelah pasar yang diikuti laporan laba rugi.
"Kami dengan senang hati melaporkan kuartal ketiga kami dalam mempercepat pertumbuhan dan juga rekor kuartalan sepanjang waktu untuk pendapatan layanan kami," ujar chief executive Apple Tim Cook mengatakan dalam sebuah rilis, sebagaimana dikutip dari laman Channel NewsAsia di Jakarta, Rabu (2/8/2017).
Apple telah menyoroti meningkatnya jumlah pundi pundi uang yang dihasilkannya dalam menjual konten dan juga layanan digital kepada orang-orang yang menggunakan perangkat populernya itu. Langkah ini dilihat oleh beberapa pakar sebagai upaya untuk meyakinkan investor bahwa kekayaan perusahaan tidak semata-mata mengandalkan penjualan iPhone, yang merupakan penggerak pendapatan utamanya.
Apple juga menyoroti bahwa 61 persen pendapatan di kuartal tersebut berasal dari luar Amerika Serikat. Namun, pendapatan di pasar China yang notabene penting turun 10 persen dari tahun sebelumnya menjadi sedikit dari US$8 miliar.
Apple bulan lalu menghapus perangkat lunak yang memungkinkan pengguna internet merakit "Great Firewall" China dari toko aplikasinya di negara tersebut, memicu kritik bahwa mereka tunduk pada upaya sensor web yang diperkuat oleh Beijing.
Pengguna internet China telah bertahun-tahun berusaha mengatasi pembatasan internet yang dilakukan oleh pemerintah, termasuk blok di Facebook dan Twitter, dengan menggunakan layanan virtual private network (VPN).
Beijing mengamanatkan pada bulan Januari bahwa semua pengembang harus mendapatkan lisensi pemerintah untuk menawarkan VPN, yang mengarah ke keputusan Apple.
"Kami tidak suka menghapus aplikasi, tapi seperti di negara lain, kami mematuhi undang-undang di mana kami melakukan bisnis," ungkap Cook saat menerima panggilan pendapatan.
"Kami berharap bahwa seiring berjalannya waktu, pembatasan yang ada sekarang dapat berkurang, karena inovasi benar-benar membutuhkan kebebasan untuk berkolaborasi dan berkomunikasi, dan saya tahu itu adalah fokus utama di sana," pungkasnya.
Cook menyatakan bahwa App Store di China tetap penuh dengan aplikasi VPN, termasuk kreasi dari pengembang di luar negara tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo