Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -
Setelah periode Digital dan Teknologi, dunia akan beralih ke era Life Science. Periode ini akan menghasilkan inovasi?inovasi bersejarah dalam sejarah umat manusia terutama untuk bidang kesehatan, pertanian, industri dan energi, yang pada akhirnya akan membawa dunia kepada era bioeconomy pada tahun 2030.
Plt Direktur Utama Bio Farma, Juliman mengatakan jika dilihat dari kondisi geografis, Indonesia memiliki potensi untuk memiliki industri Lifescience sendiri, karena dilihat dari peta industri farmasi nasional.?
Indonesia sudah memiliki perusahaan?perusahaan yang begerak dalam bidang biopharmaceutical, vaksin, natural (herbal) dan chemical. Ditambah dengan Inpres No.6 tahun 2016, tentang percepatan pengembangan biofarmasetikal, termasuk di dalamnya penguasaan teknologi dan inovasi bidang farmasi dan alat kesehatan.?
Bagi Bio Farma, sebagai BUMN yang bergerak dalam bidang kesehatan, yang sudah selama 127 tahun menghasilkan vaksin dan antisera untuk manusia, memulai komitmennya sejak tahun 2015, untuk terus berinovasi dan bertransformasi untuk menjadi perusahaan Lifescience.
"Bahkan beberapa produk Lifescience sudah masuk kedalam pipeline produk Bio Farma,antara lain Erytopoetin (EPO) generasi kedua, Diabetes Melitus Diagnostik Kit, Biosimilar, Blood Products, yang saat ini sedang dalam tahap penelitian dan akan siap diluncurkan dalam beberapa waktu kedepan," kata Juliman kepada wartawan di Bandung, Rabu (30/8/2017).
Juliman menambahkan percepatan dimaksudkan untuk mewujudkan kemandirian industri farmasi dalam pengembangan produk, bahan baku, vaksin, produk bioteknologi dan alat kesehatan. Salah satu hal terpenting dalam pengembangan produk maupun bahan baku dan alat kesehatan di industri farmasi adalah penguasaan teknologi yang menjadi faktor penentu.
?Untuk mewujudkan kemandirian industri Lifescience nasional diperlukan riset dan inovasi yang didukung secara penuh oleh Pemerintah," ujar Juliman?
Menurutnya, sebagian besar teknologi di bidang? Lifescience di Indonesia didapat melalui kerjasama dengan negara-negara maju melalui transfer teknologi.?
Pengembangan produk Lifescience sangat memerlukan kemandirian di bidang bioteknologi, sehingga produk-produk yang dihasilkan akan mampu bersaing di pasar Internasional.
"Terpenting adalah time to market yang tepat watku, sehingga produk Lifescience Bio Farma bisa bersaing dengan industri Lifescience yang berasal dari negara maju," tuturnya
Sementara itu, Forum Lifescience Nasional yang dibentuk pada tahun 2011 semula bernama Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN) atas inisiatif PT Bio Farma sinergi dengan Kemenristek Dikti dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.?
Forum yang selalu dihadiri oleh para periset/peneliti? Indonesia dari Universitas, Pemerintah dan Industri, khususnya periset dalam bidang Vaksin dan Lifescience, kata Juliman, bertujuan untuk melakukan pengembangan vaksin dan produk Lifescience? baru dalam negeri? untuk kemandirian riset Nasional.?
Sejak 2011, tema tahunan FRVN sebagai berikut : 2012 : Akselerasi riset vaksin Nasional melalui Forum Riset Vaksin Nasional dalam rangka dekade Vaksin 2011-2020 ; 2013 :Pemantapan Riset Nasional melalui Forum Riset Vaksin Nasional dalam rangka kemandirian vaksin melalui decade vaksin 2011-2020.; 2014 : Implementasi hasil riset vaksin dalam rangka Kemandirian Vaksin Nasional, 2015 ; Hilirisasi hasil riset Nasional bidang Lifescience untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa, tahun 2016 ini Menjadi FRLN dengan tema tantangan Menuju Kemandirian Riset Nasional Bidang Lifescience dan tahun 2017 memiliki tema Kemandirian Bangsa Dalam Riset dan Inovasi Bidang Lifescience.
"Setelah tujuh tahun berlangsung, Forum ini sudah menghasilkan enam Konsorsium; Hepatitis B, HIV, TB, Dengue, Stemcell, Eritropoetin, dan tujuh working groupantara lain Rotavirus, Malaria, Pneumococcus, HPV, Influenza, Adjuvant dan delivery system serta Kebijakan," pungkasnya.?
Plt Direktur Utama Bio Farma, Juliman mengatakan jika dilihat dari kondisi geografis, Indonesia memiliki potensi untuk memiliki industri Lifescience sendiri, karena dilihat dari peta industri farmasi nasional.?
Indonesia sudah memiliki perusahaan?perusahaan yang begerak dalam bidang biopharmaceutical, vaksin, natural (herbal) dan chemical. Ditambah dengan Inpres No.6 tahun 2016, tentang percepatan pengembangan biofarmasetikal, termasuk di dalamnya penguasaan teknologi dan inovasi bidang farmasi dan alat kesehatan.?
Bagi Bio Farma, sebagai BUMN yang bergerak dalam bidang kesehatan, yang sudah selama 127 tahun menghasilkan vaksin dan antisera untuk manusia, memulai komitmennya sejak tahun 2015, untuk terus berinovasi dan bertransformasi untuk menjadi perusahaan Lifescience.
"Bahkan beberapa produk Lifescience sudah masuk kedalam pipeline produk Bio Farma,antara lain Erytopoetin (EPO) generasi kedua, Diabetes Melitus Diagnostik Kit, Biosimilar, Blood Products, yang saat ini sedang dalam tahap penelitian dan akan siap diluncurkan dalam beberapa waktu kedepan," kata Juliman kepada wartawan di Bandung, Rabu (30/8/2017).
Juliman menambahkan percepatan dimaksudkan untuk mewujudkan kemandirian industri farmasi dalam pengembangan produk, bahan baku, vaksin, produk bioteknologi dan alat kesehatan. Salah satu hal terpenting dalam pengembangan produk maupun bahan baku dan alat kesehatan di industri farmasi adalah penguasaan teknologi yang menjadi faktor penentu.
?Untuk mewujudkan kemandirian industri Lifescience nasional diperlukan riset dan inovasi yang didukung secara penuh oleh Pemerintah," ujar Juliman?
Menurutnya, sebagian besar teknologi di bidang? Lifescience di Indonesia didapat melalui kerjasama dengan negara-negara maju melalui transfer teknologi.?
Pengembangan produk Lifescience sangat memerlukan kemandirian di bidang bioteknologi, sehingga produk-produk yang dihasilkan akan mampu bersaing di pasar Internasional.
"Terpenting adalah time to market yang tepat watku, sehingga produk Lifescience Bio Farma bisa bersaing dengan industri Lifescience yang berasal dari negara maju," tuturnya
Sementara itu, Forum Lifescience Nasional yang dibentuk pada tahun 2011 semula bernama Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN) atas inisiatif PT Bio Farma sinergi dengan Kemenristek Dikti dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.?
Forum yang selalu dihadiri oleh para periset/peneliti? Indonesia dari Universitas, Pemerintah dan Industri, khususnya periset dalam bidang Vaksin dan Lifescience, kata Juliman, bertujuan untuk melakukan pengembangan vaksin dan produk Lifescience? baru dalam negeri? untuk kemandirian riset Nasional.?
Sejak 2011, tema tahunan FRVN sebagai berikut : 2012 : Akselerasi riset vaksin Nasional melalui Forum Riset Vaksin Nasional dalam rangka dekade Vaksin 2011-2020 ; 2013 :Pemantapan Riset Nasional melalui Forum Riset Vaksin Nasional dalam rangka kemandirian vaksin melalui decade vaksin 2011-2020.; 2014 : Implementasi hasil riset vaksin dalam rangka Kemandirian Vaksin Nasional, 2015 ; Hilirisasi hasil riset Nasional bidang Lifescience untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa, tahun 2016 ini Menjadi FRLN dengan tema tantangan Menuju Kemandirian Riset Nasional Bidang Lifescience dan tahun 2017 memiliki tema Kemandirian Bangsa Dalam Riset dan Inovasi Bidang Lifescience.
"Setelah tujuh tahun berlangsung, Forum ini sudah menghasilkan enam Konsorsium; Hepatitis B, HIV, TB, Dengue, Stemcell, Eritropoetin, dan tujuh working groupantara lain Rotavirus, Malaria, Pneumococcus, HPV, Influenza, Adjuvant dan delivery system serta Kebijakan," pungkasnya.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: