Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir atau The International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada hari Jumat (6/10/2017), karena Komite Nobel Norwegia memperingatkan bahwa risiko konflik nuklir lebih besar untuk waktu yang lama.
ICAN menggambarkan dirinya sebagai koalisi kelompok non-pemerintah yang bersumber dari lebih dari 100 negara. Ini dimulai di Australia dan diluncurkan secara resmi di Wina pada tahun 2007.
"Kami tinggal di dunia di mana risiko senjata nuklir yang digunakan lebih besar daripada yang telah terjadi dalam waktu yang lama," ungkap Berit Reiss-Andersen, pemimpin Komite Nobel Norwegia.
Pada bulan Juli, 122 negara mengadopsi sebuah Perjanjian PBB tentang Larangan Senjata Nuklir, namun negara-negara yang memiliki senjata nuklir termasuk Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris dan Prancis tidak terlibat dalam pembicaraan tersebut.
Hadiah Nobel tersebut bertujuan untuk memperkuat kasus perlucutan senjata di tengah ketegangan nuklir antara Amerika Serikat dan Korea Utara dan ketidakpastian mengenai nasib kesepakatan 2015 antara Iran dan negara-negara besar untuk membatasi program nuklir Teheran.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menyebut kesepakatan Iran sebagai "kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan" dan seorang pejabat senior pemerintah mengatakan pada hari Kamis bahwa Trump diperkirakan akan mengumumkan segera bahwa dirinya akan mengumumkan kembali kesepakatan penting tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo