Petani garam di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah masih menikmati harga jual garam dengan harga yang cukup tinggi, meskipun jumlah petani yang memproduksi garam semakin bertambah.
Sukib, seorang petani garam asal Desa Surodadi, Kecamatan Kedung, Jepara, Minggu, mengakui, tahun 2017 merupakan masa panen raya petani garam karena harga jualnya sangat menguntungkan petani.
Jika sebelumnya harga garam di tingkat petani paling tinggi dihargai Rp400 per kilogram, kata dia, sejak produksi garam pada awal 2017 hingga sekarang belum pernah garam petani dihargai kurang dari Rp1.000/kg.
Harga tersebut, kata dia, merupakan berkah bagi petani garam, sehingga petani garam tahun ini dipastikan tidak ada yang mengeluh tidak mendapatkan penghasilan yang cukup.
Meskipun petani garam di berbagai daerah sudah mulai panen, kata dia, harga jual garam di pasaran tetap masih tinggi, termasuk saat ini harga jualnya masih berkisar Rp2.300/kg tingkat petani
Sementara untuk setiap tombongnya, kata dia, berkisar Rp200 ribu atau turun dibandingkan sebelumnya bisa mencapai Rp320 ribu per tombong.
Meskipun demikian, dia mengaku, masih tetap bersyukur karena harga jual garam per kilogramnya masih di atas Rp1.000, sehingga masih menguntungkan petani.
Karena saat ini mulai turun hujan, kata dia, tingkat produksi garam memang mulai menurun.
Hasil panen garam saat ini, kata dia, berkisar 5 kuintal hingga 1 ton atau menurun dibanding sebelumnya bisa mencapai dua kali lipat.
Musim produksi garam, kata dia, dimungkinkan akan berakhir pada akhir Oktober 2017.
"Jika harga jual garam di tingkat petani bisa stabil di atas Rp1.000 per kilogram, dipastikan petani garam akan sejahtera," ujarnya.
Untuk itu, dia berharap pemerintah menjaga stabilitas harga jual garam lokal dengan tidak membuka pintu impor garam terlalu berlebihan.
Pemilik Usaha Dagang (UD) Talenta Raya Pati Sri Lestari mengakui, harga beli garam lokal masih tinggi, karena mencapai Rp3.000/kg untuk garam kualitas bagus.
Karena pasokan garam lokal sudah tersedia cukup, dia mengaku, tidak lagi menggunakan garam impor.
Kebutuhan bahan baku garam untuk diolah menjadi garam konsumsi, kata dia, berkisar 20-an ton untuk setiap pekannya. (ANT)?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Gito Adiputro Wiratno
Tag Terkait: