Presiden Petahana Uhuru Kenyatta raih 98 persen suara dalam pilpres yang diulang di Kenya, meskipun hanya 39 persen pemilih yang berubah karena boikot dari oposisi, komisi pemilihan mengatakan pada hari Senin (31/10/2017).
Pengumuman tersebut mendapat banyak protes kecil di beberapa kubu oposisi, namun juga perayaan di daerah pro-Kenyatta di negara Afrika timur. Pemimpin oposisi veteran Raila Odinga sudah mencap pemilihan lelucon tersebut.
Dengan atmosfir yang sangat terpolarisasi, beberapa orang Kenya khawatir bahwa kekerasan tersebut terjadi sejauh ini, sebagian besar pemrotes bentrok dengan polisi, mulai menghadapi ancaman etnis setelah dua orang tewas dalam bentrokan antara kelompok-kelompok yang bersaing pada akhir pekan.
Pada hari Senin, duta besar A.S. mengatakan bahwa Washington "sangat prihatin" dengan pecahnya kekerasan di Kenya yang notabene sebagai ekonomi terbesar di Afrika timur dan sekutu keamanan utama Barat melawan Militan sejak pemilihan yang dilakukan kembali pada 26 Oktober.
Dalam pidato kemenangannya, Kenyatta mengulangi keyakinannya bahwa kemenangannya dalam pemilihan 8 Agustus lalu, yang kemudian dibatalkan oleh Mahkamah Agung karena serangkaian penyimpangan adalah sah dan mengatakan bahwa dialog harus menunggu apakah pihak oposisi akan mengajukan pengadilan kasus lagi.
"Kemenangan saya hari ini hanyalah bagian dari proses yang kemungkinan sekali lagi akan menjalani uji konstitusional melalui pengadilan kami. Saya akan menyerahkan jalan konstitusional ini terlepas dari hasilnya," ungkap Kenyatta, sebagaimana dikutip dari CNBC, Selasa (31/10/2017).
"Mereka akan bertanya kepada saya: 'Apakah Anda akan terlibat dalam dialog itu? Biarkan mereka (oposisi) pertama-tama mengeluarkan semua pilihan konstitusional mereka," tuturnya.
Kenyatta mengambil 98 persen suara, hasil dari 266 dari 291 konstituensi menunjukkan. Komisi pemilihan mengatakan 7.616.217 suara sah telah didata, mewakili 39 persen dari 19,6 juta pemilih terdaftar. Protes oleh pendukung Odinga mencegah pemungutan suara dibuka di 25 daerah pemilihan.
Komisi pemilihan mengatakan bahwa keamanan yang buruk mencegah pemungutan suara di wilayah tersebut namun pengumuman terakhir dapat diajukan karena tidak akan "mempengaruhi secara material" terhadap hasilnya.
Saat komisi pemilihan mulai membaca hasilnya pada hari Senin, sekitar 100 pemuda mendengarkan melalui telepon genggam mereka berkumpul di permukiman kumuh Nairobi Kawangware, meneriakkan "No Raila No Peace".
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait: