Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menampik tudingan Bogor kota intoleran. Bima mengakui bahwa gerakan intoleran memang ada, tetapi bukan sebagai arus dominan.
"Saya akui gerakan intoleran itu ada, tapi bukan arus dominan warga Bogor," katanya.
Dia meminta semua pihak bersikap tidak mudah mencap Bogor kota tak ramah keberagaman, hanya karena satu dua kasus Bogor dicap intoleran.
"Jangan sampai hanya karena satu dua kasus, hanya karena GKI Yasmin, karena syiah, HTI kemudian gebyah uyah bahwa Bogor intoleran, tidak!," kata Bima.
Pengamat politik ini menegaskan potret keberagaman di Kota Bogor jauh lebih banyak. Seperti perayaan Imlek yang rutin setiap tahun digelar telah menjadi festival budaya. Begitu pula pengamanan Natal melibatkan ormas Islam serta Pramuka.
"Kalau kita kejar satu-satu orang yang menyatakan intoleran pasti kalah debat dengan kita, mana indikatornya apa," kata Bima.
Bima berencana akan berdialok dengan Setara Institute, niatnya untuk berkomunikasi, menanyakan apa indikatornya melabelkan Bogor intoleran.
"Senang sekali melabelkan intoleran kepada kita (Bogor-red) tanpa pernah tabayun, tidak pernah ngobrol dengan kita. Indikatornya juga kita tidak paham," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: