Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia, Jonathan Hekster, optimistis di tahun ini Manulife bisa menorehkan kinerja positif kendati memasuki tahun politik.
Menurut Hekster, Manulife sudah 33 tahun di Indonesia sehingga tahun politik tidak mempengaruhi penjualan. Jadi, ekspektasi Manulife masih tinggi untuk 2018 karena dasar ekonomi Indonesia sangat bagus.?
"Tahun ini dan tahun depan adalah tahun politik. Tapi kami tetap optimistis indikasi masih seperti yang disampaikan AAJI, yakni tahun ini akan ada pertumbuhan 20-30%," tutur Hekster?dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (16/5/2018).
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Hendrisman Rahim, menyebutkan, industri asuransi di Indonesia akan tetap tumbuh. Hal itu melihat dari kinerja tahun-tahun sebelumnya.
?Kondisi bisnis tahun lalu masih terbilang positif. Salah satunya karena kesadaran masyarakat meningkat terhadap kebutuhan asuransi,? ujar Hendrisman.
Hal itu tercermin saat pasar modal cukup volatile di tahun lalu, ternyata kinerja industri asuransi masih positif. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga akhir Desember 2017, pendapatan premi industri asuransi jiwa sebesar Rp183,84 triliun. Jumlah itu meningkat 33,4% dari realisasi 2016 sebesar Rp137,78 triliun. Pencapaian tersebut melanjutkan tren positif asuransi jiwa yang tumbuh dua digit dalam beberapa tahun belakangan ini.
"Industri asuransi jiwa rata-rata membukukan pertumbuhan premi 10-30% setiap tahun. Tahun 2018 ini saya yakin tidak akan bergeser jauh dari kisaran angka itu,? kata Hendrisman.
Jika mengacu proyeksi itu, pendapatan premi di 2018 berkisar di antara Rp202,2 triliun hingga Rp238,9 triliun. Peluang mencatatkan pertumbuhan dua digit ditopang penetrasi asuransi jiwa masih minim di Indonesia ketimbang negara tetangga.
Sementara itu, Presdir PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Legowo Kusumonegoro, mengatakan, outlook ekonomi Indonesia di tahun politik 2018 dan 2019 masih positif.
"Iklim investasi dunia juga tumbuh semua, baik negara maju dan berkembang, keduanya positif. Ini jarang bisa sinkron keduanya," ujar Legowo.
Menurut dia, fundamental Indonesia positif. Walaupun memang, perhelatan Pilkada serentak dan Pilpres ikut mewarnai kekhawatiran investor. Belum lagi dengan adanya aksi teror. "Yang tidak bisa dikontrol adalah persepsi masyarakat terhadap teror dan tekanan terhadap rupiah yang berkepanjangan. Tapi sekali lagi, fundamental kita positif," papar dia.
Ia optimistis, pertumbuhan ekonomi bisa 5,2 hingga 5,4%. Tahun lalu tumbuh 5,1%. Hal itu terlihat dari kebijakan pemerintah dalam membangun, terutama infrastruktur.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu