Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        NPL BPR di Kalbar Capai 17%, Ini Upaya Perbarindo

        NPL BPR di Kalbar Capai 17%, Ini Upaya Perbarindo Kredit Foto: REUTERS/Edgar Su
        Warta Ekonomi, Pontianak -

        Ketua Persatuan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Kalbar Agus Subardi menyatakan pihaknya berupaya menurunkan tingkat kredit macet di bank perkretidan rakyat (BPR) yang saat ini masih 17 persen.

        "Tingginya NPL (kredit macet) menjadi menjadi tantangan tersendiri untuk menekan angka NPL maksimal hanya 5 persen," ujarnya di Pontianak, Sabtu (2/6/2018).

        Agus yang baru saja menjadi Ketua Perbarindo Kalbar menyebutkan bahwa dari 22 BPR di Kalbar, hanya sekitar 4 BPR saja yang memiliki NPL tinggi sehingga mendorong NPL seluruh BPR di Kalbar mencapai 17 persen sebagaimana data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kalbar.

        "Intinya NPL yang ada bukan bearti di setiap BPR NPL 17 persen melainkan hanya pada sekitar 4 BPR saja. Buktinya BPR Kota Pontianak hanya 2 persenan saja dan ada beberapa BPR lainnya yang hanya 1 persen," papar dia.

        Menurutnya, ke depan dan menjadi perhatian BPR di Kalbar bahwa untuk menekan NPL sebelumnya harus terlebih fokus juga pada langkah mitigasi resiko.

        "Langkah mitigasi risiko tersebut seperti standar analisis kredit harus ditaati, calon debitur diteliti dengan aplikasi SLIK3 dan penguatan kapasitas 'account officer' dalam memahami kegiatan usaha," jelasnya.

        Ia menambahkan jika kredit sudah diberikan namun tidak bisa diselamatkan, maka harus diselesaikan dengan pelunasan atau jual jaminan.

        "Namun sebelumnya dilihat dulu iktikad debitur dalam hal pembayaran kredit yang bermasalah tersebut. Secara umum orang punya uang tapi tidak mau bayar dan itu menyangkut karakter, dan ada pula orang tak punya uang sehingga tak bisa bayar," kata dia.

        Sementara itu, Direktur BPR Sukadana Prima, Meidi Widiyanto mengatakan di industri perbankan NLP bukanlah hal yang baru. NPL menurutnya tidak perlu ditakuti namun debiturnya yang harus diikat dengan sempurna.

        "NPL tinggi itu harus menjadi perhatian dan ditekan. Namun tentu harus ada pendekatan persuasif kepada nasabah. Kita tidak tahu usaha seseorang tetap bertahan atau bangkrut sehingga pendekatan persuasif dikedepankan," kata dia.

        NPL BPR di Kalbar tinggi menurutnya tidak terlepas dari dampak ekonomi nasional dan global yang saat ini masih perlu penguatan - penguatan.

        Secara menyeluruh ia optimistis industri BPR tetap masih berjalan baik dan yang bermasalah hanya sebagian.

        "Ke depan kita yakin BPR mampu bersaing dan tumbuh, itu terbukti dari segi aset dan lainnya banyak BPR di Kalbar yang masih mengalami tren tumbuh positif," kata dia. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: