Perusahaan-perusahaan semen di Indonesia dalam lima tahun terakhir terus kesulitan meningkatkan pendapatan dan laba. Bertambahnya jumlah pemain dan kapasitas terpasang tak ayal membuat pasokan berlebih yang berimbas pada penurunan?harga jual. Di sisi lain, meningkatnya harga batu bara telah mengerek biaya produksi, sehingga margin pendapatan rata-rata praktis tergerus.
Menghadapi situasi ini, PT Holcim Indonesia Tbk, salah satu perusahaan semen yang sudah lebih dulu mapan?di industri ini, terus melakukan efisiensi sekaligus mencari peluang dengan mengedepankan diferensiasi (produk-produk baru). Perusahaan melakukan transformasi dengan memacu penjualan segmen retail maupun business to business (B2B) dengan memanfaatkan jaringan yang lebih terintegrasi dan lini produk yang lebih lengkap ketimbang kompetitor.
Diferensiasi juga ditunjukkan dengan menyediakan solusi-solusi inovatif dan nilai tambah bagi pelanggan yang bisa membedakan mereka dari kompetitor, seperti produk ThruCrete untuk proyek trotoar, SpeedCrete untuk proyek perbaikan jalan, serta ApexCrete untuk proyek lantai pergudangan atau industrial. Berbagai proyek infrastruktur pemerintah, seperti jalan tol, bandara, dan pelabuhan pun terus dibidik
Perusahaan mengaku tidak terlalu khawatir dengan kondisi pasar saat ini, yang menurutnya merupakan bagian dari siklus bisnis. Menurutnya, apa yang terjadi di Indonesia mirip-mirip dengan pasar di negara ASEAN lainnya. Meski harga jual saat ini menyentuh jauh di bawah Rp100.000 per sak, diyakini kalau industri sudah akan menyentuh?level terendahnya pada tahun ini atau paling lambat tahun depan.
Kemudian secara alami, siklus bisnis akan kembali membaik. Harga jual akan membaik dan industri akan memperoleh lebih banyak laba. Apalagi kalau berbicara mengenai potensi pasar di Indonesia yang merupakan negara berkembang. Dengan populasi mencapai 263 juta jiwa, tren urbanisasi, serta mengingat bahwa semen menjadi bahan baku yang paling banyak digunakan di dunia setelah air, rasanya bisnis yang Holcim pilih sudah tepat.?
Sebagai bagian dari industri yang turut berkontribusi pada emisi, Holcim juga memiliki target lain, yaitu pada sektor pembangunan berkelanjutan. LafargeHolcim Group yang merupakan induk perusahaan, mencanangkan program ?The 2030 Plan? untuk menjadi perusahaan global yang?berkelanjutan. Ini ditempuh, antara lain dengan memperkecil jejak karbon (25% pengurangan emisi net per ton semen dibanding 1990), mengurangi pemakaian sumber daya pokok (13% thermal substitution rate/TSR dibanding 2015, 10% pengurangan air tawar untuk produksi semen dibanding 2015), serta menciptakan 1 juta ton bahan bakar alternatif, daur ulang agregat, bahan baku alternatif, komponen mineral industri, dan gipsum. Paling penting, 30% pendapatan berasal dari solusi-solusi dan produk-produk berkelanjutan.
Ada 4 (empat) kunci dalam memenangkan pasar semen yang crowded di Indonesia. Pertama, mempunya visi yang jelas, yang dipahami oleh segenap karyawan maupun pelanggan. Melalui strategi jangka panjang, perusahaan memiliki?arah yang jelas ke mana selanjutnya mereka akan bergerak.
Kedua, memiliki karyawan yang termotivasi. Penting memastikan bahwa karyawan bergerak sejalan dengan visi perusahaan. Penting juga untuk memotivasi karwayan agar dapat berkontribusi dan menunjukan performa mereka dalam pekerjaan sehari-hari. Memotivasi tim (karyawan) adalah hal yang sangat penting untuk bisa tetap melaju di tengah kondisi pasar yang ketat ini.
Para karyawan seolah menyadari bahwa mereka berada di tempat yang tepat untuk memberikan kontribusi positif terhadap negara, bukan hanya kepada perusahaan. Hal ini juga tidak lepas dari nilai-nilai perusahaan yang selalu ditanamkan: membangun budaya kepercayaan, integritas, dan kepemimpinan kewirausahaan.
Ketiga, efisiensi. Dalam setiap proses produksi akan selalu ada ruang untuk melakukan optimalisasi lebih jauh. Dalam arti, selalu ada cara untuk mengurangi biaya produksi. Misalnya, mengurangi biaya bahan baku batu bara melalui substitusi energi termal lainnya,?atau dengan memproduksi ulang energi panas dari bahan bakar lain.
Jika menilik capaian 2017 lalu misalnya, penjualan melambat dari Rp9,458 miliar menjadi Rp9,382 miliar. Sementara, laba melambat dari Rp1,931 miliar menjadi Rp1,874 miliar. Artinya, terjadi penurunan nilai profit margin (laba dibagi penjualan) dari 0,20 menjadi 0,19. Penurunan nilai ini juga menunjukkan bahwa perusahaan masih harus melakukan lebih banyak efisiensi pada seluruh bagian perusahaan, seperti produksi, personalia, pemasaran, dan keuangan.
Akan selalu ada cara-cara inovatif untuk melakukan efisiensi, termasuk di dalamnya perampingan karyawan, seperti yang dilakukan pada tahun 2015 lalu. Yang perlu dilihat adalah siapa yang benar-benar berkontribusi dan siapa yang benar-benar mendorong perusahaan dengan semangat bergerak ke depan. Cara terbaik melakukan hal itu adalah dengan karyawan sendiri.?
Untuk itu, perusahaan mengadakan program JUARA Holcim. Di program tersebut, karyawan bisa menyampaikan ide-ide mereka tentang bagaimana agar?perusahaan bisa lebih efisien. Lalu, ide tersebut dipelajari dan apabila memang baik maka akan diimplementasikan. Saat ini, perusahaan tidak bisa melakukan efisiensi secara drastis, mengingat perusahaan sudah cukup efisien, misalnya saja dalam hal saluran distribusi. Meski Holcim telah menjadi salah satu perusahaan yang paling efisien di Indonesia, tetapi selalu ada ruang untuk optimisasi lebih jauh dalam tubuh perusahaan.
Keempat, digitalisasi. Di era digital, perusahaan tidak mau ketinggalan untuk? selalu mengeksplorasi kemungkinan penggunaan big data, automasi (revolusi industri 4.0), serta aplikasi information modelling. Lain daripada itu, perusahaan melakukan penyederhanaan lewat e-logistic, yang memungkinkan customer melakukan pemesanan, pengiriman dan melakukan penelusuran penagihan secara digital.
Perusahaan juga telah mengembangkan beberapa aplikasi, salah satunya Holcim Prime Builder. Aplikasi ini ditujukan kepada komunitas ahli bangunan, yang bertujuan untuk memberikan manfaat berkelanjutan bagi semua anggotanya agar menjadi ahli-ahli yang profesional di bidangnya. Beberapa manfaat yang didapatkan, antara lain poin?reward yang dapat ditukarkan berbagai hadiah menarik, potongan harga belanja elektronik dari mitra pilihan, dan sertifikasi ahli bangunan.
Selain itu, aplikasi Duta Holcim yang dirancang untuk mendukung Program Karyawan Duta Besar. Aplikasi ini memfasilitasi karyawan agar memiliki interaksi lebih mendalam dengan pelanggan, serta membuat pelanggan memiliki lebih banyak titik sentuh terhadap merek Holcim.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu
Tag Terkait: