Ketika pemerintah menggulirkan program Transit Oriented Development (TOD), peluang ini tidak disia-siakan PT PP. Bagi PP, kreasi seperti TOD ini berpotensi menjadi tulang punggung bisnis perusahaan ke depan. Sebagai BUMN konstruksi yang fokus dalam pembangunan perumahan, wajar bila PT PP Tbk terlibat dalam program TOD yang digagas pemerintah. Karena itu program pemerintah, wajar pula bila muncul anggapan bahwa konsep TOD adalah backbone baru bagi bisnis PT PP Tbk di masa mendatang.
Sedikitnya, tiga Menteri turut hadir saat itu, November 2017 lalu. Ketiganya adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini M Soemarno; Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Pupera), Basuki Hadimoeldjono; dan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi yang sengaja hadir untuk meresmikan program baru pemerintah terkait hunian masyarakat yang diberi nama Transit Oriented Development (TOD).
Konsep TOD sendiri yakni mengoptimalisasi manfaat dari aset negara untuk menambah ketersediaan hunian yang layak bagi masyarakat perkotaan. PT PP dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) menjadi dua BUMN yang didorong untuk bersinergi dalam pengembangan kawasan hunian terpadu di sekitar stasiun. Tiga stasiun juga telah ditunjuk sebagai pilot project yang meliputi Stasiun Juanda, Stasiun Tanah Abang, dan Stasiun Manggarai.
Sejak saat itu, banyak pihak pun menilai bahwa proyek TOD bakal berkembang menjadi backbone terhadap kinerja PT PP secara keseluruhan. Namun, hal itu ditampik oleh Direktur Utama PT PP, Lukman Hidayat. Sebagai mantan Direktur Pengembangan Bisnis, Riset, dan Teknologi dalam jajaran direksi periode sebelumnya, Lukman tentu paham benar bagaimana sebaiknya roda usaha PT PP perlu dijalankan di masa mendatang.
Selanjutnya, membebankan target pengembangan hanya di satu atau beberapa lini usaha menurut Lukman sangat riskan untuk dilakukan.
"Seberapa pun hebatnya kita di satu lini usaha, tetap harus memitigasi risiko dengan juga memperkuat kinerja di lini-lini usaha yang lain. Karena kalau hanya bergantung di satu ceruk (bisnis) saja dan di sana sedang terjadi gangguan, bingung kita," ujar Lukman.
Karena itu, Lukman pun memilih untuk tetap menekuni masing-masing lini usaha secara lebih mendalam dengan mengandalkan tenaga-tenaga kerja yang sudah spesialisasi di bidang itu. Tak tanggung-tanggung, Lukman tak ragu menyekolahkan tenaga kerjanya hingga ke luar negeri untuk dapat mendalami spesialisasi kinerja yang digelutinya. Targetnya, PT PP ke depan memiliki tenaga spesialis di masing-masing lini usaha mulai dari pembangunan hunian, gedung-gedung tinggi (high risk building), runaway bandara, pelabuhan, engineer ing, procurement, and?construction (EPC), dan lain sebagainya.
"Jadi kalau ditanya lini bisnis mana yang paling dominan bagi kami? Apakah TOD atau yang lain? Kami ingin semuanya dominan. Tumbuh bersama dan berkontribusi maksimal terhadap bisnis perusahaan," tutur Lukman.
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Masih dalam semangat yang sama untuk memaksimalkan potensi bisnis yang tersedia di pasar, Lukman juga menyatakan bahwa PT PP tengah bersiap menggandeng sejumlah rekanan strategis.
"Misalnya saja di bidang kesehatan. Kami coba cari partner yang sudah pengalaman sebagai operator rumah sakit. Kami ajak bangun rumah sakit bareng. Kami yang bangun, mereka yang mengelola. Mereka untung karena investasinya jadi murah, sedang kami juga untung dari segmentasi bisnis yang baru," ungkap Lukman.
Konsep kerja sama serupa juga bisa diterapkan untuk menggarap sektor pendidikan dengan membangun sekolah, perhotelan, pariwisata, dan sebagainya.
Terus membuka opsi bisnis di ceruk pasar yang baru sudah merupakan keniscayaan yang harus mereka lakukan jika tidak ingin tertinggal oleh perkembangan pasar. Dengan menggeluti sebanyak mungkin segmentasi bisnis yang memungkinkan, mitigasi risiko terhadap potensi macetnya kinerja perusahaan di kemudian hari menjadi lebih mudah dilakukan.
Terlebih bila dikaitkan dengan kondisi tahun 2018 dan 2019 yang riuh-rendah isu politik jelang pemilihan presiden (pilpres). Dengan memasuki tahun politik, Lukman pun merasa perlu lebih awas dalam menjalankan setiap program kerja yang telah digagas sejak tahun sebelumnya. Tak jarang, meski bertekad meneruskan kinerja direksi sebelumnya, ia pun mengevaluasi pelaksanaan proyek-proyek yang dirasa cukup mengkhawatirkan.
"Bisa saja kita evaluasi lagi. Yang jelas bagaimana kita memastikan agar proyek itu bisa berjalan sesuai jadwal dan target yang ada. Kalau ternyata susah untuk dipertahankan, bagaimana lagi? Masak mau dilanjutkan?" tegas Lukman.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Taufan Sukma
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: