Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bekerjasama dengan PT Bank HSBC Indonesia menyelenggarakan Infrastructure Forum sebagai bagian dari Parallel Events IMF-WB Annual Meetings (AM) 2018 di Ayana Hotel & Resorts, Jimbaran, Bali.
Forum ini menjadi wadah bagi para investor untuk berkomunikasi dengan pemerintah terkait berbagai peluang investasi infrastruktur di Indonesia. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 400 peserta yang terdiri dari investor, corporate banking clients, private banking consumers dan fund management companies.
Kepala BKPM Thomas Lembong? menjelaskan bahwa diperlukan konsolidasi dan koordinasi yang kuat antara moneter, fiskal dan dunia usaha untuk mewujudkan pembangunan nasional.
?Infrastructure Forum ini merupakan forum komunikasi antara pemerintah dengan para investor dalam dan luar negeri, baik di sektor infrastruktur maupun keuangan dan lembaga perbankan, mengenai peluang pengembangan sektor infrastruktur di Indonesia serta perkembangan-perkembangan terkini dalam skema pendanaan infrastruktur,? kata Thomas Lembong dalam keterangan tulisnya, di Jakarta, Kamis (11/10/2018).
Deputy Chairman and Chief Executive HSBC Asia Pacific Peter Wong menambahkan peran serta pelaku usaha swasta perlu lebih didorong untuk berperan demi merealisasikan pembangunan proyek infrastruktur Indonesia.
Sementara itu Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia Sumit Dutta? mengatakan dalam rangka realisasi rancangan pembangunan infrastruktur Indonesia, pemerintah dan pihak swasta membutuhkan skema pembiayaan yang baik dan solutif demi menunjang keberlanjutan pembangunan proyek infrastruktur di masa mendatang. Salah satunya adalah melalui investasi di proyek pembangunan infrastruktur ini.
Dari data Asian Development Bank tercatat, estimasi kebutuhan investasi infrastruktur Asia dari tahun 2016-2030 tercatat US$22,6 triliun atau sekitar US$1,5 triliun per tahun. Dengan memperhitungkan mitigasi bencana dan adaptasi kenaikan biaya investasi yang dibutuhkan meningkat menjadi US$26,2 triliun atau US$1,7 triliun per tahun.
Untuk Asia Tenggara, dalam periode 2016-2030 tersebut membutuhkan investasi infrastruktur sebesar US$2,7 triliun dan dengan memperhitungkan mitigasi bencana dan adaptasi kenaikan bencana menjadi sebesar US$3,1 triliun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: