Dengan berbagai peristiwa global, seperti Brexit, pemilihan presiden Amerika Serikat (AS), ancaman teroris dan penjahat dunia maya,?serta perubahan iklim, para pemimpin bisnis telah memasuki era baru yang membutuhkan cara baru dalam memimpin. Majalah bisnis di AS, Forbes menyebut era baru tersebut disebut sebagai VUCA 2.0 (Volatility, Uncertainity, Complexity, dan Ambiguity).
Menurut Direktur Pengembangan Produk Basware India, Tanmay Vora, saat ini tingkat perubahan dalam dunia bisnis lebih besar daripada kemampuan untuk meresponsnya. Ia menambahkan, dengan adanya pergeseran teknonik besar karena VUCA, dunia bisnis memerlukan pola pikir kepemimpinan yang baru, sebab metode manajemen kepemimpinan tradisional tak lagi cukup.
Kini, pemimpin harus menghadapi ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas yang semakin berkembang di lingkungan pengambilan keputusan mereka. Semua keputusan yang mereka ambil akan berpengaruh terhadap keberlangsungan perusahaan, diri mereka, karyawan, dan stakeholder perusahaan. Secara ringkas, perubahan yang terjadi di era VUCA 2.0 ini memberi tekanan besar pada para pemimpin bisnis.
Oleh karena itu, pemimpin bisnis perlu melangkah maju dan memimpin dengan cara yang tidak diajarkan di sekolah bisnis. Pemimpin bisnis harus mampu mengajukan berbagai jenis pertanyaan, melihat dari berbagai perspektif, mengembangkn visi sistemik, dan melihat kemungkinan yang dapat diwujudkan. Ia tak boleh terfokus pada kemungkinan berbasis asumsi saja, tetapi harus mulai melihat hal-hal yang mungkin dapat diraih dengan kemampuan perusahaannya.
Salah satu faktor kegagalan utama disebabkan oleh fokus pemimpin yang terlalu terpaku pada asumsi, padahal ia dituntut untuk memikirkan kemungkinan yang mampu diwujudkan perusahaan. Secara detail, para pemimpin bisnis dapat melawan VUCA dengan menerapkan VUCA (Vision, Understanding, Courage, dan Adaptibility) versi lain.
Vision
Para pemimpin bisnis harus memiliki visi yang jelas untuk perusahaan mereka. Dengan begitu, arah dan tujuan perusahaan akan jelas dan tak akan begitu terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa eksternal. CEO Paul Polman adalah salah satu pemimpin bisnis yang telah menerapkan prinsip ini. Ia memfokuskan visi dan tujuan Unilever dalam jangka panjang.
Understanding
Setelah menentukan visi, pemimpin bisnis perlu memahami kemampuan dan strategi perusahaan untuk mewujudkan visi tersebut. Ia harus mampu membawa perusahaan mendapatkan profit, meskipun keadaan berubah dengan cepat seolah ingin menjatuhkan perusahaannya.
Pemimpin bisnis di era VUCA 2.0 tak hanya boleh mendengarkan pendapat dan informasi yang sesuai dengan pandangannya. Ia harus memanfaatkan berbagai informasi dan pendapat dari beragam sudut pandang. Para pemimpin itu sebaiknya juga menghabiskan waktu di pasar, toko ritel, pabrik, pusat inovasi, dan laboratorium penelitan untuk memahami pendapat dari berbagai sisi. Jika bisa, ia pun harus melibatkan pelanggan, karyawan, dan pihak terkait untuk memastikan mereka bergerak untuk visi yang sama.
Courage
Pemimpin perusahaan di era VUCA 2.0 juga wajib memiliki keberanian untuk menghadapi tantangan-tantangan dan mengambil keputusan penuh risiko. Ia harus mampu melawan arus untuk menghadapi perubahan dinamis di dunia. Era ini akan dimenangkan oleh pemimpin yang berani, bukan yang lemah lembut dan penakut.
Adaptibility
Tak hanya berani, pemimpin di era VUCA 2.0 juga harus memiliki kemampuan adaptasi yang baik di lingkungan yang berubah dengan cepat ini. Mereka dituntut untuk punya sifat fleksibel agar bisa beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan eksternal tanpa harus mengubah arah strategi awal.
Saat ini bukan lagi waktu untuk melanjutkan cara rekayasa keuangan yang sering dilakukan dalam dekade terakhir. Sebaliknya, pemimpin membutuhkan rencana-rencana darurat sekaligus mempertahankan neraca yang kuat untuk menghadapi peristiwa tak terduga.
Dengan munculnya era VUCA 2.0, para pemimpin bisnis harus tetap fokus pada misi dan target mereka, serta memiliki keberanian untuk menciptakan strategi berani yang mampu membangun kekuatan mereka. Bila tak bisa meninggalkan nilai-nilai lama yang tak lagi berfungsi di era dinamis ini, perusahaan mereka akan terisolasi dan gagal beradaptasi, kemudian akan berakhir dengan kegagalan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti