Kubu pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berencana mengadakan 'pos pertempuran' di Solo untuk memenangkan Pilpres 2019 mendatang.
Atas hal itu, Sekjen PSI, Raja Juli Antoni menyayangkan kubu Prabowo-Sandiaga yang dinilainya kerap menggunakan terminologi yang tidak pas yakni 'pos pertempuran'. Terutama dalam membangun narasi demokrasi.
"Berkali-kali kubu Pak Prabowo menggunakan terminologi yang tidak pas dalam membangun narasi demokrasi. Narasi yang keluar sangat buruk, penuh permusuhan, dan memecah belah," jelasnya di Jakarta, Selasa (11/12/2018).
"Sekadar menamakan kantor pemenangan saja, kubu Pak Prabowo menamainya dengan 'pos pertempuran'. Sebelumnya Pak Amien Rais menyebut pemilu 17 April sebagai 'perang baratayuda' dan 'armageddon'. Jauh sebelumnya Pak Amien malah menggunakan istilah 'perang badar," lanjutnya.
Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin itu menilai terminologi yang tidak pas tersebut menjadikan narasi yang disampaikan penuh permusuhan dan rentan memecah belah. Hal itu, tidak sejalan dengan pemilu damai yang selama ini didengungkan.
"Narasi yang dikembangkan buruk, penuh permusuhan, dan memecah belah. Padahal sejatinya pemilu adalah mekanisme damai untuk mencari pemimpin yang terbaik. Sebuah kompetisi biasa memilih pembantu rakyat terbaik yang akan melayani rakyat selama lima tahun," ujarnya.
Menurut Antoni, jika kubu Prabowo-Sandiaga memahami prinsip demokrasi, penamaan posko pemenangan haruslah lebih bijaksana.
"Cukup kantor pemenangan mereka sebut rumah solidaritas, posko gotong royong, posko relawan, dan istilah-istilah menyimbolkan sebuah kompetisi sehat dan fair play," terangnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim