Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil Malaysia pada 4,7 persen untuk 2018, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 5,3 persen yang dibuat pada 7 Maret.
IMF mengatakan inflasi headline menurun dan diperkirakan rata-rata sekitar 1,1 persen tahun ini.
?Pertumbuhan kredit telah pulih baru-baru ini dan arus modal keluar telah dikelola. Surplus neraca berjalan diproyeksikan menurun menjadi 2,1 persen dari PDB,? lapornya dalam sebuah pernyataan Jumat (14/12/2018), seperti dikutip dari The Star, Jumat (14/12/2018).
Sekelompok tim IMF yang dipimpin oleh Nada Choueiri mengunjungi Kuala Lumpur dan Putrajaya dari 29 November hingga 12 Desember 2018, untuk menyelesaikan Konsultasi Pasal IV 2019 dengan pemerintah.
Ke depan, IMF mengatakan pertumbuhan PDB riil pada tahun 2019 di Malaysia diproyeksikan sebesar 4,5 hingga 5,0 persen dengan permintaan domestik tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan, sementara tarif AS atas impor dari China diperkirakan akan memiliki dampak negatif secara keseluruhan terhadap pertumbuhan negara itu.
IMF juga mengatakan inflasi rata-rata di angka 2,2 persen, karena efek penghapusan Pajak Barang dan Jasa hilang.
?Risiko terhadap prospek pertumbuhan adalah sisi negatifnya. Di sisi eksternal, Malaysia rentan terhadap meningkatnya proteksionisme, pengetatan tajam kondisi keuangan global, dan pertumbuhan mitra dagang yang lebih lemah dari perkiraan," tambahnya.
?Secara domestik, kewajiban kontinjensi dapat memerlukan langkah-langkah tambahan untuk memastikan keberlanjutan fiskal jangka menengah,? katanya.
IMF mengatakan, sementara defisit anggaran yang diproyeksikan untuk 2018 mewakili penundaan penyesuaian fiskal, kecepatan yang direncanakan pemerintah dari konsolidasi fiskal untuk 2019 adalah tepat dan akan membantu membangun buffer dan mempertahankan kepercayaan pasar keuangan.
?Dalam jangka menengah, kebijakan fiskal harus mengikuti jalur konsolidasi bertahap. Komposisi penyesuaian harus ditingkatkan untuk membuatnya lebih berbasis pendapatan, membuat ruang untuk belanja sosial meningkat untuk mendukung pertumbuhan inklusif," ujarnya.
IMF mengatakan berlanjutnya ketergantungan pada fleksibilitas nilai tukar dan penyesuaian kebijakan ekonomi makro harus menjadi garis pertahanan pertama terhadap guncangan eksternal.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait: