Kredit Foto: Istimewa
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) angkat bicara soal janji kampanye Presiden Joko Widodo di tahun 2014 silam yang banyak belum dipenuhi, sehingga pantas disebut kebohongan.
Menanggapi hal itu, juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Ace Hasa Syadzily, menilai PKS harus bisa membedakan antara janji dan hoax.
"PKS harus membedakan mana berbohong dan mana janji kampanye. Jangan selalu salah menafsirkan sesuatu. Janji jelas hal yang berbeda dengan berbohong atau menyebar kabar hoax," ujarnya di Jakarta, Jumat (4/1/2019).
Ace menjelaskan, ada dua faktor yang menyebabkan janji kampanye belum bisa dipenuhi. Pertama, karena memang dalam proses untuk mencapainya perlu waktu, bahkan upaya untuk mewujudkannya tengah dilakukan.
"Kedua, keadaan yang belum memungkinkan janji itu tercapai karena dalam perkembangan muncul berbagai kendala, terutama faktor eksternal," katanya.
Oleh karena itu, ia tak setuju jika janji yang belum terpenuhi disamakan sebagai kebohongan. Sebab, alasan janji belum dipenuhi bukan karena situasi yang dibuat-buat. Berbeda dengan kebohongan, biasanya dilakukan dengan membenarkan situasi dan kerap menimbulkan keresahan serta konflik. Karena itu, ia lantas mencontohkan hoax selang cuci darah di RSCM dipakai 40 kali yang sempat dilontarkan capres Prabowo Subianto.
"Bohong terbaru di awal tahun baru, misalnya satu selang di RSCM untuk cuci darah yang tidak pernah digunakan kepada lebih dari 1 orang, dikatakan Prabowo digunakan lebih dari 40 orang. Itu bohong dan apa manfaatnya selain merugikan banyak pihak? Kini rakyat justru ketakutan mendapatkan layanan kesehatan dari RSCM," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim