Jelang pemilihan presiden ini kondisi ekonomi Indonesia menjadi perdebatan. Satu pihak dari pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin mengklaim kondisi ekonomi Indonesia baik-baik aja dan dalam kondisi baik, sementara pihak lain dari lawan politik, Prabowo-Sandi mengatakan kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak baik. Pertanyaannya sekarang bagaimana kondisi ekonomi Indonesia pasca Pilpres mendatang.?
Perbincangan itu setidaknya mengemuka dalam bincang-bincang Forum Tebet yang mengusung tajuk Ekonomi Indonesia Pasca Pemilu Presiden 2019, di Tebet, Jakarta (28/1/2019). Perbincangan itu dimulai dengan pembacaan apresiasi dengan catatan pemerintah 4 tahun terakhir. Beberapa hal yang diapresiasi seperti pembangunan infrastruktur, peningkatan lapangan kerja, penurunan angka kemiskinan sebesar 1,3%, dan perbaikan gini ratio dari 0,41 ke 0,384.?
Sementara beberapa kritik adalah, pertumbuhan ekonomi yang dinilai stagnan dikisaran 5%. Deindustrialisasi, dimana kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB hanya 18,4%, terendah dari pemerintahan sebelumnya. Kinerja BUMN yang diukur dari ROA dan ROE terus mengalami penurunan. Kemudian utang bunga yang tinggi. Dan tax ratio sebesar 11,6% termasuk terendah di kawasan Asia Pasifik.?
Gede Sandra, Peneliti dari Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), jika Jokowi kembali menang, maka besar kemungkinan perekonomian Indonesia 2019-2024 akan tetap stagnan di kisaran 5%, mengalami deindustrialisasi, kinerja BUMN yang melorot, rentan terhadap gejolak ekonomi global. Akibatnya Indonesia akan semakin sulit mengejar ketertinggalan dari negara tetangga. Sebaliknya jika Prabowo yang menang, menurutnya kondisinya akan berbeda.?
?Prabowo tawarkan perubahan haluan ekonomi, meskipun saya tidak dapat mengevaluasi kebijakan ekonomi yang pernah diterapkan Prabowo,? ujar Gede.?
Berbeda dengan pandangan Iman Sugema, Peneliti Megawati Institut, menurutnya siapa presidennya kondisinya akan ditentukan oleh siapa yang lebih bisa memanfaatkan modal fisik yang telah dibangun oleh Jokowi selama kepemimpinannya. Modal fisik itu dapat dimanfaatkan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Siapa yang bisa melakukan, menurutnya Jokowi unggul karena memiliki pengalaman.?
?Jokowi telah mengorbankan kepentingan pribadi, karena yang dilakukan bukan untuk jangka pendek. Kalau tidak terpilih lagi yang menikmati ya pemerintah berikutnya,? ujarnya.?
Sementara itu, Peneliti INDEF, Bima Yudhistira mengatakan, bagaimana kondisi ekonomi pasca Pilpres baru dapat diprediksi setelah bulan November, setelah pelantikan Kabinet. Kondisi ekonomi era Jokowi dan SBY menurutnya tidak beda jauh, sebab menteri-menterinya juga orang-orang yang sama.?
Setelah itu, lanjut Bima, di dua tahun pertama pemerintah juga akan fokus pada stabilitas jangka pendek seperti nilai tukar rupiah dan Current Account Deficit. Reformasi struktural baru bisa dilakukan di tahun ketiga dan selanjutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Vicky Fadil