Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Cuma Jualan Pisang, Mahasiswa Ini Dapat Omzet Rp20 Juta

        Cuma Jualan Pisang, Mahasiswa Ini Dapat Omzet Rp20 Juta Kredit Foto: Instagram @vanana_chips
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Berlimpahnya buah pisang di Lampung menginspirasi Karvien, mahasiswa Universitas Lampung (Unila), untuk mulai berwirausaha camilan olahan berbahan baku buah tropis tersebut.

        Memiliki motto "ATM" atau singkatan dari amati, tiru, dan modifikasi, usaha dan nama Karvien saat ini terus melejit.

        Wirausahawan muda kampus yang juga pendiri usaha camilan populer Vanana Chips ini tidak hanya piawai dalam bisnis nyata. Ia juga memiliki prestasi, seperti menjadi juara terbaik I Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) dan menjuarai harapan II Stand Terbaik dalam kategori industri makanan dan minuman yang digelar Kemenristek Dikti RI pada November 2018.

        Selain itu, dirinya mendapat juara terbaik II Entrepreneurship Award dalam acara Begawi Karir, dan sederet prestasi lainnya, seperti Pemuda Hebat Kemenpora 2018, juara III lomba tahfidz Aquran Unila 2015, juara harapan II lomba inovasi daerah Balitbangda Lampung 2017.

        Usaha rintisan Vanana Chips mulai dikembangkan Karvien sejak Desember 2017, dengan inovasi keripik pisang lapis lumer khas Lampung dengan balutan coklat berbagai rasa, juga bersensasi lumer di mulut.

        Ia melihat di Lampung, usaha keripik pisang masih populer. Jadi, ia hanya menerapkan motto ATM pada awal mulai merintis usaha, sehingga terus berinovasi dengan keripik pisang yang biasanya memakai perasa bubuk, dimodifikasi dengan coklat lumer. Kemudian menjadikan brand Vanana Chips menjadi snack kekinian khas Lampung.

        Meski usaha ini terbilang belum berdiri lama, yakni satu tahun, bisnis industri kreatif yang coba dikembangkan Karvien kini memiliki omzet lebih dari Rp20 juta per bulan.

        Karvien mengungkapkan, awal merintis usaha modalnya hanya Rp1 juta, uang yang diberikan paman hasil menjual tanah. Kemudian uang itu digunakan untuk membeli siler, plastik kemasan, dan membeli keripik di sentra keripik PU, Bandarlampung.

        "Awalnya enggak dapet apa-apa karena sering ditolak. Jadi, awal merintis usaha hanya mendapat pengalaman dan capek saja," katanya.

        Karvien lahir di Jakarta, 14 Oktober 1997. Namun, ia asli pemuda Lampung asal Natar, Lampung Selatan, yang saat ini masih berstatus sebagai mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Unila angkatan 2015.

        Ia menjadi inspirasi wirausahawan muda kampus dengan membuktikan bahwa usaha yang dirinya rintis saat ini sudah memiliki lebih dari 90 orang reseller yang tersebar di seluruh kota-kota besar Indonesia.

        Pemuda penyuka olahraga basket ini merintis karir wirausaha sedari muda. Perjalanan karir wirausahanya diawali dengan usaha bazar buku penunjang pelajaran sekolah dasar, lalu berwirausaha jamur krispi teroris, menjual berbagai makanan ringan di kampus, hingga pernah menjadi juru parkir.

        Insipari memulai wirausaha dilakukan karena cita-citanya sedari kecil yang ingin menjadi pengusaha. Tetapi, untuk awal-awal berwirausaha, harus lebih keras dan rela meluangkan waktu lebih banyak, dibandingkan orang lain yang pekerjaannya lebih ringan.

        Ia mengaku terinspirasi dari salah seorang mahasiswi berhijab yang sudah bisa sukses di usia muda dengan usaha konveksi. Tak banyak berfikir, ia melihat usaha camilan keripik pisang cukup potensial.

        Selama memulai berwirausaha, Karvien sering mengalami masa sulit. Pada lima bulan awal berwirausaha, usaha itu tak mendatangkan keuntungan. Karena awalnya ia mengurusi semuanya sendiri, ditambah belum memiliki kios dan saat itu masih menggunakan sistem pre-order. Dulu selalu ia kewalahan membawa banyak keripik ke kampus, apalagi ia hanya bermodalkan sepeda motor.

        Karvien menambahkan, dulu ketika menawarkan Vanana Chips sering ditolak. Jadi, saat satu hari bisa dapat 10 pesanan, ia akui merasa senang luar biasa.

        Dalam perjalanan usaha Vanana Chips, Karvien melihat peluang mendaftarkan usahanya dalam program mahasiswa wirausaha yang diadakan Unila untuk menyaring wirausaha muda kampus agar bisa diikutsertakan kembali mewakili Unila dalam ajang KMI oleh Kemenristek Dikti RI.

        Karvien dengan lugas membentuk tim, lalu mengajukan proposal. Dari kepiawaiannya melihat peluang, Karvien mendapatkan skor terbaik ketiga dengan nilai rata-rata 592,5, juga mendapatkan bantuan pendanaan usaha sebesar Rp5 juta dari pihak universitas.

        Ketika dana PMW cair, ia gunakan untuk pengembangan usaha. Setelah itu, ia dan tiga tim lain dikirim mewakili Unila dalam ajang KMI nasional, dan menjadi juara I dengan menraih pendanaan sebesar Rp16 juta ditambah pelatihan khusus.

        Hal itu merupakan masa terindah yang terus ia ingat. Mahasiswa itu mengakui bisa menang karena yang pertama pasti kehendak Tuhan, dan dari segi perkembangan usaha, omzet yang didapatkan 10 kali lipat, dan usaha Vanana Chips ini potensial, aman untuk dikembangkan dan bahan bakunya tidak sulit didapatkan.

        Setelah mendapatkan pendanaan dari Dikti dan pelatihan khusus, Karvien mengakui usahanya berkembang luas terbukti dengan adanya gerai toko khusus Vanana Chips di Bandarlampung.

        Jaringan model bisnis yang dipakai Karvien dalam memopulerkan Vanana Chips sangat inovatif, yaitu dengan memanfaatkan kemajuan teknologi media sosial, seperti Instagram, Facebook, dan Whatsapp, juga bekerja sama dengan ojek online bagi pembeli yang berada di sekitaran Bandarlampung.

        Dia menjelaskan, Vanana Chips menggunakan media promosi melalui media sosial, sedangkan untuk penjualan menggunakan jaringan reseller. Jadi, toko itu hanya sebagai tempat pengemasan.

        Keuntungan menggunakan model bisnis ini adalah ketika semakin banyak reseller, maka semakin banyak keuntungan. Misalkan penjualan dilakukan sendiri, sehari paling banyak 60 pesanan. Sedangkan memakai reseller bisa menjual lebih banyak.

        Dia mencontohkan, di awal hanya punya 10 reseller, dan masing-masing reseller bisa menjual 20 bungkus sehari. Jadi, kalau ditotal sehari bisa menjual 200 bungkus. Jelas lebih banyak dibandingkan tanpa reseller.

        Untuk menjadi wirausaha yang inovatif, tak boleh merasa lelah dalam belajar berwirausaha, juga jangan takut mencoba selagi muda. Selaras dengan Karvien dan usahanya, yang terus saja mencoba karena dirinya percaya kegagalan itu pasti akan lelah mengikuti.

        Karvien menambahkan, "Bagi kaula muda lain, jangan takut gagal dalam berwirausaha, gagal itu sama saja dengan belajar, sedangkan berhasil itu adalah bonus. Tugas sebagai kaula muda penerus negeri, harus bisa berkarya dan menginspirasi. Jangan malas karena kaula muda adalah agen perubahan."

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: