Kubu Prabowo-Sandi menyebut, rata-rata tarif tol di Indonesia paling mahal se-Asia Tenggara, yakni Rp1.300 per km. Sebagai pembanding, tarif tol Vietnam sebesar Rp1.200 per km, Filipina Rp1.050 per km, Malaysia Rp492 per km, Thailand Rp440 per km, dan Singapura Rp 778 per km.
Menanggapi hal itu, Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, mengatakan tarif tol di Indonesia bukan yang paling mahal se-Asia Tenggara. Karena itu, ia meminta seluruh pihak untuk menyertakan data yang lengkap bila bicara tarif.
"Ada yang bilang di Indonesia itu tarif tol paling mahal. Menurut badan usaha jalan tol, itu tidak betul dan kami ada data," ujarnya di Jakarta, Selasa (12/2/2019).
Baca Juga: Ngakak! Fadli Zon Kurang Kerjaan, Masalah Mic Jokowi Dikomentari
Ia menambahkan, tarif tol di Indonesia yang disebutkan dalam data tidak membandingkan secara adil. Misalnya tol di Malaysia yang banyak dibangun di bawah tahun 2017, sementara tol di Indonesia mulai banyak diresmikan di 2017.
"Misalnya yang di Malaysia itu dibangun tahun berapa. Dibandingkannya dengan jalan tol di Indonesia yang dibangun tahun berapa," terangnya.
Baca Juga: Dukungan Prabowo di Ruang Sidang PBB, Karding: Bikin Malu
Jika perbandingan tarif dilakukan antara tol yang dibangun pada periode yang sama, Basuki mengklaim, tarif beberapa tol di Indonesia lebih murah dibandingkan tol yang dibangun di negara lain di Asia Tenggara, tak seperti data tersebut.
Ia mencontohkan tarif Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) yang hanya sekitar Rp110 per km karena dibangun di tahun 1978, serta Tol Jakarta-Cikampek yang berkisar Rp200 per km yang dibangun tahun 1988.
"Kalau dibandingkannya dengan tahun investasi yang sama, kita lebih murah. Kalau dibandingkannya dengan tol yang baru dengan tetangga negara yang lama, kita lebih mahal," tegasnya.
Untuk tarif Tol Trans Jawa, Basuki mengakui tarif yang ditetapkan lebih mahal karena pembangunannya baru dilakukan masif beberapa tahun belakangan. Berbeda dengan negara lain yang mayoritas tol dibangun pada masa lampau.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim