Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Asia Tenggara, KLHK Bantah Temuan Greenpeace

        Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Asia Tenggara, KLHK Bantah Temuan Greenpeace Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace yang merilis bahwa kualitas udara di Jakarta terburuk di Asia Tenggara.

        Dia membantah penilaian itu tidak akurat, kata Karli udara Ibu Kota Jakarta tergolong masih baik dibandingkan dengan kota-kota lain di dunia yang disergap polusi udara.

        ?Kami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik," kata dia.

        Baca Juga: Aksi Greenpeace Terhadap Produk Minyak Sawit Indonesia Terus Menuai Kecaman

        "Memang kami merekam pada 2018, ada hari yang tidak baik. Dari 365 hari, ada 196 hari kualitas udara buruk dan 34 hari kualitas udara baik. Sisanya kualitas udara sedang. Ada, tapi kalau dikatakan terburuk, terjelek di Asia Tenggara, tidak," katanya.

        Dari data harian Jakarta itu 57, kalau WHO itu 25 mikrogram. Standar nasional masih baik dari segi mutu. Karliansyah mempertanyakan alat ukur yang dipakai oleh Greenpeace karena? berdasarkan alat yang dipakai untuk pemantauan kondisi udara dengan PM 2,5 tidak seburuk itu.

        Sebelumnya, Greenpeace berdasarkan laporan dari World Air Quality Report merilis data kualitas udara Jakarta yang disebutnya terburuk se-Asia Tenggara. Disebutkan, konsentrasi PM 2,5 tahun 2018 tingkat polusinya mencapai 45,3 g/m3. Artinya konsentrasi PM 2,5 di Jakarta sampai empat kali lipat dari batas aman tahunan menurut standar WHO, yakni 10 g/m3.

        Untuk meluruskan laporan Greenpeace tersebut, Dirjen PPKL Karliansyah menegaskan bahwa kualias udara Jakarta masih cukup baik, tidak seperti diungkap Greenpeace.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: