Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pilihan Dilematis WhatsApp: Revenue atau Kenyamanan Pengguna?

        Pilihan Dilematis WhatsApp: Revenue atau Kenyamanan Pengguna? Kredit Foto: Antara/Idhad Zakaria
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        WhatsApp telah resmi memperkenalkan WhatsApp for Business pada awal 2018. Indonesia sendiri menjadi salah satu negara Asia pertama yang sudah bisa menggunakannya.

        Platform yang berdiri sendiri (standalone) ini menyasar kalangan pebisnis mulai dari perusahaan besar hingga UKM. WhatsApp for Business memungkinkan para pengguna lebih komunikatif dengan konsumennya, hal yang sama dengan konsep yang diusung aplikasi Line@.

        Namun Country Manager Insider Indonesia, Joe Harahap, mengatakan WhatsApp sepertinya tidak akan mengekor seperti aplikasi bisnis lain yang sudah ada. Karena jika WhatsApp berubah menjadi open platform berpotensi ditinggalkan para penggunanya.

        "Sepertinya WhatsApp amat sangat berhati-hati untuk membuka akses platform mereka di bisnis, karena melihat banyak contoh seperti Line, BBM, Wechat begitu bisnis mulai masuk akhirnya personalisasi message tidak terpakai," katanya di Jakarta, Rabu (27/3/2019).?

        Baca Juga: Wow, Facebook Siap Luncurkan Uang Kripto via WhatsApp?

        Tapi Joe mengatakan, keputusan akan bergantung pada business decision WhatsApp sendiri. Mereka harus memilih antara private atau publik.

        "Karena takut akan ditinggalkan sama user, karena ini fakta di other messaging. Karena ketika pesan berbentuk promosi masuk, user-nya mulai hilang. Rasanya WhatsApp sangat berhati-hati," kata Joe.?

        WhatsApp sendiri sampai saat ini diketahui memang belum mau membuka keran platform bisnisnya 100%. Mereka masih melakukan kurasi terhadap template chat yang dikirimkan para pengguna WhatsApp for Business.Karena jika berfokus pada menginginkan mendapatkan revenue, WhatsApp Business bisa mengorbankan sisi kenyamanan para pengguna.

        "Kalau saya pribadi sih menilai sesuatu yang privat dijadikan publik. Karena akhirnya user akan memilih stay di ruang publik, of course menerima informasi yang banyak tapi personal touch jadi hilang," pungkasnya.

        Partner Sindikasi Konten: Sindonews

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: