Penerapan teknologi sudah menjadi satu keniscayaan bagi perusahaan startup untuk memajukan bisnis mereka. Salah satunya analisis bisnis (business analytics). Di sini, perusahaan menggunakan machine learning untuk memantau data secara dinamis dan mendapatkan informasi terkait pengembangan produk atau bisnis perusahaan ke depan. Salah satu startup yang menggunakan analisis bisnis ialah Bukalapak.
Presiden Bukalapak, Fajrin Rasyid menyatakan, ada satu tim di perusahaannya bernama tim merchant yang strukturnya lumayan besar. Tim ini bertugas memastikan persediaan jenis barang spesifik harus selalu ada setiap waktu di Bukalapak. Tidak hanya itu, namun mereka juga memastikan kualitas barang tersebut terjamin.
"Jadi, kami ada matriks, termasuk kalau orang nyari barang tertentu yang spesifik, ada enggak. Tahunya dari mana? Kan itu ada datanya, itu menjadi direction kami untuk kami olah lagi. Kami kan lihatnya based on priority. Kalau ada orang nyari misalnya keyword yang sama-sama spesifik, tapi dia sendirian doang, ya mungkin akan less priority ketimbang katakan ada 10-20 orang nyari keyword B, tapi barangnya enggak ada," kata dia kepada Warta Ekonomi?baru-baru ini.
Baca Juga: Begini Lho Rencana Bisnis Bukalapak untuk Mitra Warungnya
Ditambahkannya, data menjadi informasi bagi tim merchant Bukalapak untuk bergerak. Semisal kebanyakan orang di Bukalapak mencari barang A, tapi stoknya belum tersedia, maka Bukalapak akan mencari dan menjajaki kerja sama dengan pihak yang menjual barang tersebut.
"Business analytics?di kami jelas menjadi salah satu dasar kami. Tantangannya, kami harus selalu mengikuti tren data itu. Jadi, enggak cuma melihat data yang statis, misalkan kami merasa bahwa e-commerce gedenya elektronik iya sekarang, tapi kan enggak selalu seperti itu. Ada kategori lain yang tumbuhnya lebih cepat, jadi at some point of time akan menggeser," tambah dia.
Maka, Bukalapak selalu mengikuti tren data dan secara terus-menerus memantau data secara real-time. Setiap minggu kemudian dilakukan evaluasi sehingga apa yang mungkin menjadi fokus di bulan ini, misal kategori A, bisa jadi berubah menjadi kategori B di bulan selanjutnya. Misal kategori A sudah bagus, lalu perusahaan ingin menambah kategori B agar lebih bagus lagi dan sebagainya.
Baca Juga: Ini Lho yang Bikin Bukalapak Galau untuk IPO
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: