Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Lho yang Bikin Bukalapak Galau untuk IPO

Ini Lho yang Bikin Bukalapak Galau untuk IPO Kantor riset dan pengembangan Bukalapak di Surabaya, Selasa (19/3/2019). | Kredit Foto: WE
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah berulangkali mengajak agar perusahaan-perusahaan startup besar di Indonesia seperti Tokopedia, Go-Jek, hingga Bukalapak untuk dapat melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (initial public offering/IPO) di pasar modal Indonesia.

Tak tanggung-tanggung, berbagai peraturan pasar modal yang selama ini dianggap menjadi barrier atau penghambat melantainya perusahaan-perusahaan besar itu sudah disederhanakan dan dicarikan solusinya. Namun "kode keras" itu rupanya belum berbalas. Perusahaan-perusahaan rintisan yang kini telah menjelma menjadi kekuatan baru perekonomian nasional itu sebagian besar mengaku belum tertarik untuk IPO dalam waktu dekat.

"Bagi kami IPO itu kan hanya salah satu dari sekian banyak opsi untuk fund rising (pengumpulan dana). IPO sendiri itu tidak kemudian mencerminkan apa-apa atau bahkan sesuatu yang wajib dilakukan. Bahkan perusahaan sebesar Djarum saja enggak IPO kok. Pernah ditanya nggak kenapa mereka enggak IPO? Mungkin sebagian orang menganggap dengan IPO itu akan mengangkat prestise perusahaan karena dengan sudah Tbk, artinya dia perusahaan bonafit. Menurut saya, enggak juga. Banyak juga perusahaan bonafit yang memilih enggak IPO," ujar Co-Founder sekaligus Presiden Bukalapak, Fajrin Rasyid, kepada Warta Ekonomi, akhir pekan ini.

Baca Juga: Jalur Sudah Tersedia, Bukalapak IPO Tahun Ini Enggak Ya?

Namun sebaliknya, karena IPO merupakan salah satu opsi bagi perusahaan untuk mendapatkan pendanaan dari eksternal perusahaan, Fajrin juga enggan bila disimpulkan bahwa Bukalapak sampai kapan pun enggan untuk melakukan IPO.

Menurut Fajrin, akan dilakukan atau tidaknya IPO oleh sebuah perusahaan harus dilihat dari seberapa dibutuhkannya suntikan dana tambahan dari pihak luar untuk membiayai ekspansi atau investasi perusahaan.

"Jadi sebelum membahas apakah Bukalapak tertarik IPO atau nggak, pertanyaan awal yang lebih perlu ditanyakan adalah apakah kita (Bukalapak) dalam beberapa waktu ke depan butuh fund rising? Butuh suntikan dana besar untuk misalnya buat ekspansi atau investasi dalam jumlah besar? Kalau jawabannya belum butuh, ya buat apa IPO? Dan jawaban itu juga enggak bisa berlaku selamanya. Bisa saja saat ini kita bilang belum butuh, tapi enam bulan ke depan kita butuh. Siapa yang tahu kan?" tutur Fajrin.

Baca Juga: Diramal Jadi Decacorn, Ini Jawaban Bukalapak

Bila waktu itu telah tiba, lanjut Fajrin, baru kemudian pihaknya akan mulai mempertimbangkan seluruh opsi pendanaan yang ada. Salah satunya melalui jalur IPO.

"Jadi kita lihat misalnya opsi A plus-minusnya apa saja, opsi pinjaman perbankan seperti apa, dan lain sebagainya. Termasuk juga opsi untuk IPO. Kalau misal opsi lain yang lebih feasible dan menarik untuk kami, ya kami ambil opsi itu. Tapi kalau IPO kita lihat jadi sesuatu yang menarik dan banyak membawa manfaat, maka saat itulah kita akan putuskan bahwa kita akan IPO," tegas Fajrin.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: