- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Gelar Uji Coba, Amran Optimis B100 Mampu Perkuat Ketahanan Energi Nasional
Kementerian Pertanian (Kementan) secara resmi melaksanakan uji coba perdana produk Biodiesel 100% (B100) di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, Senin (15/4/2019).
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman optimis B100 akan menjadi produk lokal unggulan yang mampu memperkuat ketahanan energi nasional. Ini adalah peluang besar karena produksi CPO Indonesia meningkat 42% (41,6 juta ton) dibandingkan produksi pada 2014 yang mencapai 29,28 juta ton.
"B100 adalah energi masa depan kita. Bisa dibayangkan berapa triliun yang bisa dihemat. Ke depannya kita sudah tidak akan tergantung lagi dengan BBM impor," terang Amran melalui siaran berita yang diterima redaksi Warta Ekonomi.
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari bahan alami yang terbarukan, seperti minyak nabati dan hewani. Karena memiliki sifat fisik yang sama dengan minyak solar, biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti untuk kendaraan bermesin diesel.
Baca Juga: BI Sebut Biodiesel Bisa Hemat Impor US$6 Miliar
Selama ini, biodiesel masih dicampur dengan bahan bakar minyak bumi dengan perbandingan tertentu. Namun, dengan teknologi pengembangan B100, biodiesel mengandung 100% bahan alami tanpa dicampur dengan BBM.
Produk B100 merupakan salah satu inovasi yang dihasilkan Kementan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Para peneliti Balitbangtan mengembangkan reaktor biodiesel multifungsi generasi ketujuh. Mesin ini dapat mengolah 1.600 liter bahan baku setiap harinya.
"Impian Indonesia ciptakan biodiesel B100 dari CPO berhasil terwujud. Bahan bakar yang berasal dari 100% CPO dengan rendemennya 87% ini masih terus dikembangkan. Semua tidak ada campuran," jelas Amran.
Sebelum berhasil mengembangkan B100, Indonesia telah mengembangkan B20 menuju B30. Selama kurun waktu 2014?2018, perkembangan B20 di Indonesia pun cukup pesat. Pada 2018 produksi biodiesel B20 mencapai 6,01 juta kiloliter meningkat 82,12% dibanding 2014 sebesar 3,30 juta kiloliter.
Meskipun demikian, Amran menyebutkan, Indonesia masih mengimpor solar sebanyak 10,89 juta kiloliter. "Mencermati hal tersebut, pengembangan B100 menjadi sebuah keniscayaan," katanya.
Pengembangan biodiesel B100 diharapkan Amran memiliki banyak dampak positif. Salah satunya, B100 telah teruji lebih efisien. "Perbandingannya saja untuk satu liter B100 bisa menempuh perjalanan hingga 13,4 kilometer, sementara satu liter solar hanya sembilan kilometer," terang Amran.
Dampak positif lainnya, B100 merupakan energi ramah lingkungan. Sebagai contoh, karbonmonoksida (CO) biodiesel B100 lebih rendah 48% dibanding solar.
Pengembangan B100 juga diharapkan berpengaruh positif terhadap kesejahteraan petani sawit. Sawit Indonesia hingga kini masih menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar. Ekspor CPO diperkirakan mencapai 34 juta ton. Tapi, jika hanya mengekspor dalam bentuk mentah, harga jualnya lebih rendah bila dibandingkan bentuk produk turunan.
"Dalam situasi ini, diharapkan langkah hilirisasi melalui peningkatan daya serap biodiesel ini dapat menjadi pondasi kita untuk menciptakan hilirisasi sawit dengan produk akhir yang lain," tandasnya.
Baca Juga: Tekan Impor BBM, Pemerintah Harus Kembangkan Industri Biodiesel
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti