Api perang dagang antara AS dan China kembali membara di pekan ini. Pihak AS menilai bahwa China menunjukkan geliat tak patuh atas komitmen yang telah disepakati sebelumnya.?
Menegaskan ancaman Trump kepada China. Kepala Perwakilan Dagang AS. Robert Lighthizer, mengatakan bahwa tidak ada niatan AS untuk membatalkan perundingan, hanya saha AS akan memberlakukan tarif impor baru di akhir pekan ini.?
"Kami melihat ada penurunan komitmen dari pihak China. Kami tidak bicara soal membatalkan dialog, tetapi mulai Jumat akan ada tarif impor baru," tegasnya sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu (08/05/2019).?
Baca Juga: Damai Dagang 50:50, Trump Ancam Lakukan Ini ke China
Hal itu akhirnya membuat rupiah dan sejumlah mata uang Asia lainnya menjadi sasaran investor. Pada pembukaan pasar spot pagi tadi, rupiah terkoreksi 0,07% ke level Rp14.285 per dolar AS. Koreksi tersebut kian dalam menjadi 0,21% ke level Rp14.310 per dolar pada pukul 09.30 WIB ini.?
Bak sudah jatuh, tertimpa tangga pula, rupiah tak mendapat sokongan sentimen positif dari domestik untuk menetralkan tekanan dari AS dan mata uang dunia lainnya. Alhasil, predikat sebagai mata uang terlemah di dunia kembali disematkan kepada rupiah.?
Baca Juga: Rupiah Kebakaran Janggut, Apresiasi Kian Terenggut
Rupiah terkoreksi di hadapan seluruh mata uang, termasuk dolar Australia (-0,32%), euro (-0,31%), dan poundsterling (-0,25%). Sementara itu, di Asia, tak ada satu pun mata uang yang takluk terhadap rupiah.
Bahkan, yen dan won saling susul untuk menekan rupiah paling dalam, saat ini masing-masing terapresiasi 0,42% dan 0,41% terhadap rupiah. Berikutnya ada yuan dan dolar Singapura yang menekan rupiah sebesar 0,38% dan 0,31%.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: