Rupiah, mata uang dambaan masyarakat Indonesia ini bak sedang kebakaran janggut. Dibuka dengan apresiasi 0,03% pada awal perdagangan spot pagi tadi, rupiah malah kebingunan menentukan nasibnya sendiri. Alhasil, tak lama kemudian apresiasi tersebut kembali direnggut dolar AS.
Asal tahu saja, kondisi dolar AS yang sedang tidak stabil sebenarnya sangat berpotensi untuk ditaklukkan oleh rupiah. Namun sayangnya, rupiah masih harus bergulat dengan sentimen domestik yang tidak kalah gentingnya.
Baca Juga: Dari Perang Dagang hingga Pemilu, Semuanya Bikin IHSG Kelu
Pada kuartal I tahun 2019 ini, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 5,07% yoy, lebih rendah daripada ekspektasi pasar yang memperkirakan akan tumbuh hingga 5,19% yoy. Hal itu saja sudah cukup membuat investor pergi dari pasar keuangan Indonesia dan meninggalkan rupiah dalam keadaan terkoreksi.
Lantas bagaimana dengan rilis data neraca pembayaran Indonesia (NPI) yang rencananya akan dirilis pekan ini? Tentu saja hal itu menambah kekhawatiran investor terhadap rupiah. Jika sudah demikian, investor cenderung akan memilih wait and see sebelum mengalirkan modalnya ke dalam aset-aset berisiko berbasis keuangan di Indonesia.
Baca Juga: Astaga! Dolar AS Membabi Buta, Rupiah Kian Teraniaya
Sebagai informasi, kekhawatiran investor kini telah mendorong rupiah menjadi mata uang terlemah kedua di Asia. Ya, rupiah hanya mampu unggul tipis 0,05% terhadap yuan. Selebihnya, rupiah terkoreksi. Yen menjadi mata uang safe haven yang paling menekan rupiah hingga 0,25%. Lalu diikuti oleh dolar Taiwan dan dolar Singapura dengan apresiasi masing-masing 0,13% dan 0,08% terhadap rupiah.
Sementara itu, di hadapan dolar AS, rupiah kini terdepresiasi 0,10% ke level Rp14.308 per dolar AS. Begitu pun juga performa rupiah yang juga terkoreksi di hadapan dolar Australia (-0,16%), euro (-0,12%), dan poundsterling (-0,21%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih