Rabu, 22 Mei 2019, menjadi hari yang berat bagi pasar investasi Indonesia. Aksi yang diharapkan berjalan damai justru berujung pada gugurnya nyawa manusia.?
Bukan hanya nyawa, pasar aset-aset investasi berbasis keuangan di Indonesia pun harus mengalami gugur bunga. Kemarin, IHSG ditutup koreksi 0,20% ke level 5.939,64 dan rupiah ditutup depresiasi 0,31% di hadapan dolar AS. Padahal, seluruh indeks saham Asia mengukir prestasi positif di akhir perdagangan kemarin, di mana Nikkei menguat 0,05% dan Hang Seng menguat 0,18%.?
Mengapa demikian? Jawabannya adalah 22 Mei. Aksi yang diklaim sebagai Tour Jihad tersebut telah memboikot sejumlah wilayah utama di Jakarta. Alhasil, investor global ketakutan bukan main sehingga memilih untuk hengkang dari pasar saham Indonesia.
Baca Juga: Aksi 22 Mei Rusuh Buat Investor Ogah Investasi
Hingga Rabu sore, tercatat nilai transaksi di pasar saham hanya sebesar Rp6,94 triliun, jauh di bawah rata-rata nilai harian yangmencapai Rp10 triliun.?
Hal itu tidak terlepas dari tekanan jual investor asing setelah memutuskan untuk pergi. Sepanjang kemarin, nilai investor jual bersih mencapai Rp143,7 miliar. Dan sepekan terakhir, nilai investor asing jual bersih yang terangkum di Bursa sudah mencapai Rp1,37 triliun, sedangkan untuk nilai investor domestik jual bersih jauh lebih besar, yaitu Rp2,15 triliun.
Baca Juga: Sepekan Asing Hengkang Rp3,63 Triliun, Duh Pasar Investasi Indonesia Berdarah-Darah!
Sebagai informasi, aksi yang telah melukai lebih dari 200 orang serta korban meninggal yang mencapai enam orang secara tak langsung juga telah melumpuhkan sebagian perekonomian Jakarta. Banyak perusahaan, toko, dan akses publik lain yang terpaksa ditutup untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Lantas, apakah hal yang sama akan kembali terulang pada Kamis (23/05/2019) ini? Haruskah pasar investasi Indonesia akan kembali tersiksa karena aksi tak bertanggung jawab seperti itu?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih