Industri farmasi nasional dinilai belum optimasl sebagai ladang investasi yang menarik bagi investor asing. Buktinya, dalam beberapa tahun terakhir, investasi asing di industri farmasi mengalami penurunan.?
Direktur Perencanaan Jasa dan Kawasan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Nurul Ichwan, menginformasikan bahwa investasi asing untuk sektor tersebut di tahun 2018 lalu menurun 29,12% dari Rp3,33 triliun menjadi Rp2,36 triliun.?
Baca Juga: Genjot Investasi Farmasi, BPOM Fokus Deregulasi Kebijakan
"Penanaman modal asing tren awalnya meningkat, tapi kemudian memang ada tren penurunan di kuartal III tahun 2018," imbuh Nurul kepada media, Jakarta, Selasa (02/07/2019) kemarin.?
Nurul menyebutkan, infrastruktur nasional yang kurang mendukung menjadi salah satu faktor menurunnya minat asing untuk menyuntikkan dana ke sektor farmasi. Bagaimanapun, menurut Nurul, infrastruktur akan berpengaruh pada biaya logistik sehingga biaya logistik yang mahal akan membuat investor berpikir ulang untuk berinvestasi.
Baca Juga: Tak Berhenti di Phapros, Kimia Farma Berburu Perusahaan Farmasi Vietnam
Ia mengakui, jika dibandingkan dengan negara lainnya di kawasan Asia Tenggara, pengeluaran biaya logistik di Indonesia terbilang lebih tinggi.
"Kalau kita (Indonesia), barang di Karawang, proses mesin di Bekasi, nanti ekspor dari Tanjung Priok, biaya ini sudah berbeda. Dibandingkan dengan Thailand yang dalam satu kawasan khusus dan jarak tidak jauh," sambungnya.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: