Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apalah Arti Ekspor Naik Fantastis, Kalau Rugi Krakatau Steel Tak Dapat Ditepis

        Apalah Arti Ekspor Naik Fantastis, Kalau Rugi Krakatau Steel Tak Dapat Ditepis Kredit Foto: Antara/Asep Fathulrahman
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Produsen baja milik pemerintah, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) membukukan kenaikan penjualan baja ekspor yang fantastis di paruh pertama tahun 2019. Nilai ekspor tersebut tumbuh hingga 296% dari US$16,7 menjadi US$66,1 juta. Sayangnya, hal itu belum mampu menepis terpaan rugi yang dialami KRAS secara signifikan.?

        Melansir dari laporan keuangan di keterbukaan informasi BEI, KRAS masih menanggung rugi periode berjalan sebesar US$137,9, naik drastis jika dibandingkan dengan paruh I 2018 yang hanya US$16 juta.?

        Baca Juga: BMAD Berakhir, Krakatau Steel Kembali Suplai 60 Ribu Ton Baja ke Australia

        Pembengkakan rugi tersebut terjadi seiring dengan laba kotor perusahaan yang amblas 76,1% dari US$100,9 juta menjadi US$23,9 juta. Bukan hanya itu, KRAS juga mencatat ada penurunan pada pos pendapatan bersih sebesar 17,8% dari US$854,2 juta menjadi US$702,0 juta, terhitung sampai dengan Juni 2019.

        Jika dirincikan, pendapatan KRAS tertekan karena penjualan baja untuk pasar domestik menurun hingga 28,3% menjadi US$523,7 juta, Selain itu, pendapatan dari segmen rekayasa dan konstruksi juga menurun 30,8% menjadi US$12,1 juta.?

        Baca Juga: Berbanding 180 Derajat dengan JK, Begini Respons Menteri Rini Soal Nasib Krakatau Steel

        Kabar baiknya, pendapatan KRAS dari segmen pengelolaan pelabujan serta dari segmen real estate dan perhotelan masing-masing meningkat 28,1% (US$42,9 juta) dan 10,5% (US$8,2 juta).?

        Sementara itu, dalam kurun waktu enam bulan pertama tahun ini, KRAS mencatat rugi operasi sebesar US$70,7 juta. Penyebab utamanya adalah kenaikan pada beberapa pos beban, seperti beban umum dan administrasi (US$81,8 juta) serta beban oepasi lainnya (US$11,7 juta).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: