DF-17 Hipersonik China Ancam Stabilitas Wilayah, Analis Memperingatkan
Rudal DF-17 hipersonik China yang sedang dalam tahap pengembangan diyakini akan menjadi senjata yang menakutkan bagi Amerika Serikat (AS) sekaligus jadi ancaman bagi stabilitas kawasan regional.?
Analis militer memperingatkan, misil dengan kemampuan terbang di atas kecepatan suara itu akan mampu menembus perisai rudal Amerika Serikat.
Seorang sumber dari China Aerospace Science and Industry Corporation (CASIC), korporasi milik negara, mengatakan bahwa rudal DF-17 yang saat ini sedang dalam pengembangan akan memiliki kecepatan hipersonik dan memberikan kendaraan re-entry bermanuver yang dapat menggeser target saat dalam penerbangan. Kemampuan itu seperti itu membuat misil DF-17 menjadi kurang rentan terhadap intersepsi sistem pertahanan negara mana pun.
"Dan DF-17 akan mampu membawa muatan (hulu ledak) nuklir dan konvensional," kata sumber itu, yang menolak disebutkan namanya karena sensitivitas topik tersebut.
China, lanjutnya, masih terus mengembangkan fitur-fitur canggih dari rudal tersebut.
"Sekarang ada dua lembaga di bawah CASIC yang bersaing untuk mengembangkan fitur-fitur canggih ini," lanjut sumber itu, seperti dikutip dari South China Morning Post, Sabtu (24/8/2019).
Komunitas intelijen AS telah menilai bahwa DF-17 diperkirakan akan mencapai kemampuan operasional awal pada tahun 2020. Selain China, Amerika Serikat dan Rusia juga mengembangkan teknologi peluncur hipersonik di belakang DF-17.
Adam Ni, seorang analis militer di Universitas Macquarie di Sydney mengatakan, perkembangan pada DF-17 telah meningkatkan pencegahan nuklir China karena senjata itu akan mampu menembus perisai rudal AS yang ada saat ini.
"Perlombaan untuk mengembangkan rudal hipersonik seperti DF-17 berisiko mengganggu stabilitas wilayah karena senjata hipersonik mengurangi waktu pengambilan keputusan sebelum mendarat hanya beberapa menit, memaksa para pemimpin untuk membuat keputusan konsekuensial dalam waktu yang sangat singkat," terang Ni memperingatkan bahaya dari senjata Beijing tersebut.
DF-17 adalah rudal balistik jarak menengah pertama China dengan kendaraan meluncur hipersonik (HGV). Payload HGV dirancang khusus untuk DF-17, dan tes HGV pertama di dunia menggunakan sistem yang dimaksudkan untuk diturunkan secara operasional.
Rudal balistik tradisional pada umumnya menembakkan hulu ledaknya ke ruang angkasa dan hulu ledak itu kemudian dibawa pada lintasan yang diperkirakan akan sampai pada targetnya. Teknologi HGV memungkinkan rudal terbang jauh lebih rendah di tahap akhir penerbangannya, dan itu lebih baik untuk mencegah deteksi radar musuh.
China telah melakukan dua uji coba DF-17 pada November 2017, dengan yang pertama diluncurkan dari Pusat Peluncur Luar Angkasa Jiuquan di Mongolia Dalam. Saat uji coba, misil itu melesat sejauh sekitar 1.400 km (870 mil).
Waktu penerbangan HGV yang dihitung dalam tes tersebut diperkirakan hampir 11 menit pada ketinggian sekitar 60 km. Setelah menyelesaikan fase balistik dan re-entry, HGV berhasil mendarat di dekat Qiemo di Provinsi Xinjiang. Menurut kelompok think tank AS, Centre for Strategic and International Studies, pendaratan misil DF-17 saat itu hanya beberapa meter dari target yang dimaksudkan.
Pada bulan Juni, CASIC merilis video animasi yang menunjukkan simulasi kendaraan boost-glide pada akun resminya di platform media sosial Douyin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: