Hartiknas 2019, Ini Kisah Mantan PNS yang Sukses Jadi Pengusaha Batik
Peluang menjanjikan di dunia bisnis kerap menjadi alasan bagi seseorang untuk berhenti bekerja. Bukan hanya karyawan swasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS) pun ada yang melepaskan jabatannya untuk mendirikan bisnis.
Salah satunya adalah pengusaha batik, Titik Supartina. Mantan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Grobokan ini memutuskan pensiun dini dan merintis usaha batiknya di Klaten, Jawa Tengah.
Perempuan asli Imogiri ini sejatinya merupakan cucu dari seniman batik di tanah kelahirannya. Bakat jiwa bisnisnya kini?sukses lantaran batik-batiknya diminati oleh banyak para wisatawan asing. Bahkan, desainer Ivan Gunawan juga pernah menyambangi rumahnya yang dijadikan showroom batik.
Baca Juga: Kemenperin Siap Telurkan Inovasi Startup Industri Kerajinan dan Batik
Awal mula Titik terjun ke bisnis jualan batik disebabkan karena dirinya cukup sering bolos kerja di hari Jum?at. Wajar saja, Titik memang hobi ngebatik, dan dirinya gak memiliki banyak waktu luang di hari kerja demi membuat karya seni yang artistik itu.
?Saya sudah usaha ini selama 5 tahunan. Saya fokus baru 4 tahun karena dulu saya PNS. Karena sering bolos jumat, maka saya pensiun dini dan membatik,? ujar Titik.
Titik mengaku, lama kelamaan dirinya merasa telah menjadi karyawan yang kurang disiplin. Oleh karena itu, ia memutuskan buat pensiun dini aja dan terjun total ke dunia bisnis ini.?Batik hasil karya Titik dijual di Toko Nusa Indah dan Mirota di Yogyakarta. Di situlah akhirnya Titik sadar, kok bisa batik-batik hasil karyanya dijual dan laris di harga yang cukup tinggi.
Alhasil, ia pun melakukan pengembangan usaha yang cukup signifikan dengan meminjam modal usaha ke situs P2P lending.
Baca Juga: Dapatkan Modal Usaha Sampinganmu di Sini, Cek Ya!
Titik akhirnya bertemu dengan salah satu Business Partner Amartha, sebuah situs P2P lending yang menyalurkan pinjaman ke perempuan pengusaha mikro di wilayah perkampungan luar Jakarta. Lewat pinjaman modal Rp2 juta, akhirnya mantan PNS ini melebarkan sayap usahanya menjadi lebih besar dari sebelumnya.
Ia pun akhirnya mampu membeli cap dan kain baru yang nantinya disulap menjadi kain batik. Hingga saat ini, ia sudah menjual batik-batiknya di dalam pameran berskala internasional.
Dalam menyukseskan usaha jualan batik ini, Titik tak seorang diri. Dia dibantu oleh banyak ibu-ibu yang tinggal di dekat rumahnya.
?Saya mengajak ibu-ibu di sini. Di sini ada 11 RW, dulu saya ambil 5 orang, sekarang aktif 20 orang. Mereka memang tertarik karena ingin membantu perekonomian keluarga,? lanjutnya.?
Mengapa Titik menarik para ibu-ibu setempat? Karena mereka memang punya semangat tinggi buat membantu suaminya mencari nafkah.
Baca Juga: Ini Wejangan untuk Pebisnis Fesyen dari Bos LVMH, Nyelekit!
?Ibu-ibu lebih telaten dalam urusan membatik dan bisa membantu suami dalam mencari nafkah. Ibu-ibu juga kerja pakai hati,? lanjutnya.
Jika ditanya soal omzet per bulannya, Titik mengaku jumlahnya fluktuatif. Kadang ia bisa mencapai Rp7 juta per bulan jika ada borongan dari para wisatawan.
?Intinya sekarang gaji sisa pensiun bisa buat makan, dan ada tambahan penghasilan juga dari ngebatik,? tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: