Kementerian Perindustrian (Kemenperin) gencar mendorong pelaku industri nasional untuk terus menciptakan inovasi produk. Hal ini sesuai dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, salah satunya melalui pemanfataan teknologi digital, yang tujuannya menghasilkan produk berdaya saing global.
"Saat ini, penguatan inovasi bagi sektor industri menjadi sangat penting. Langkah ini perlu kolaborasi dengan seluruh stakeholder," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Ngakan Timur Antara di Jakarta, Selasa (9/4).
Ngakan optimistis pengembangan industri melalui inovasi dan teknologi akan berperan dalam peningkatan produktivitas dan kualitas secara efisien. "Menurut para cendekia, istilahnya adalah technology will always win," ungkapnya.
Lebih lanjut, menurut Ngakan, lembaga litbang di seluruh Indonesia termasuk yang ada di bawah BPPI Kemenperin dapat menjadi penyokong utama terbentuknya ekosistem inovasi yang melahirkan riset-riset berkualitas dan memberi manfaat bagi kemajuan industri nasional.
"Guna menghasilkan inovasi yang sesuai kebutuhan di dunia industri, balai litbang Kemenperin terus berupaya menggandeng sektor swasta untuk ikut berkontribusi dalam kegiatan riset atau alih teknologi yang mendukung kemajuan sektor manufaktur nasional," tuturnya.
Baca Juga: Implementasi Peta Jalan Making Indonesia 4.0, Kemenperin Kembangkan LCEV
Hingga saat ini, jumlah balai litbang yang ada di lingkungan BPPI Kemenperin sebanyak 11 Balai Besar dan 11 Balai Riset Standardisasi (Baristand) Industri.
"Setelah sukses dengan kegiatan Innovating Jogja di 2016 dan 2018, pada tahun ini Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) di Yogyakarta kembali meluncurkan kegiatan Innovating Jogja 2019," ungkap Ngakan.
Kepala BBKB Titik Purwati Widowati mengatakan, kegiatan Innovating Jogja tahun ini menitikberatkan pada penumbuhan usaha yang bergerak pada bidang kerajinan dan batik. Apalagi, batik merupakan salah satu produk unggulan yang berkontribusi cukup besar bagi perekonomian nasional melalui capaian ekspornya.
Kemenperin menargetkan ekspor produk tenun dan batik pada 2019 mampu menembus angka US$58,6 juta atau naik 10% dibanding capaian tahun lalu sebesar US$53,3 juta. Ekspor batik Indonesia mayoritas dikapalkan ke negara maju, seperti Jepang, Belanda, dan Amerika Serikat.
Kemenperin juga mencatat nilai ekspor dari produk kriya nasional pada Januari-November 2018 mampu mencapai US$823 juta, naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$820 juta. Industri kerajinan di Indonesia jumlahnya cukup banyak, yaitu lebih dari 700 ribu unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,32 juta orang.
"Kegiatan Innovating Jogja secara umum menggabungkan tujuan kegiatan Innovating Jogja terdahulu untuk menghasilkan startup kerajinan dan batik di Yogyakarta yang inovatif dengan fungsi alih teknologi dan inkubasi hasi-hasil litbang yang dihasilkan oleh BBKB Yogyakarta," paparnya.
Menurut Titik, pada 2019, pihaknya tidak hanya menyeleksi calon peserta yang memiliki inovasi di bidang kerajinan dan batik, tetapi juga mereka yang berminat untuk memanfaatkan teknologi kompor listrik batik tulis hasil penelitian BBKB.
Pendaftaran terbuka bagi masyarakat Yogyakarta di bawah usia 45 tahun, dengan mengisi aplikasi dan proposal usaha yang dapat diunduh melalui website bbkb.kemenperin.go.id paling lambat 31 Mei 2019.
"Calon tenant yang proposalnya lolos seleksi adminstratif dan presentasi, akan mengikuti kegiatan boot-camp. Pada akhir boot-camp, akan dipilih dua tenant inovasi dan dua tenant alih teknologi kompor listrik batik tulis untuk mengikuti kegiatan inkubasi," jelasnya.
Keempat peserta yang dipilih akan mendapatkan program penguatan teknis produksi, pembangunan dan pengembangan bisnis dari Balai Besar Kerajinan dan Batik, serta bantuan bahan produksi senilai Rp20 juta.
"Harapan kami pada tahun ini akan muncul ide inovasi bisnis yang tidak kalah dibandingkan dengan pendahulu-pendahulunya," imbuh Titik.
Baca Juga: Transaksi Pekan Batik Nasional Ditargetkan Mencapai Rp8 Miliar
Pada ajang Innovating Jogja sebelumnya, muncul inovasi bisnis yang terus berkembang, di antaranya Wastraloka yang bergerak dalam bidang seni lukis pada kerajinan kaleng, Janedan yang bergerak dalam bidang kerajinan kulit tanpa jahit, dan Alra yang bergerak dalam bidang kerajinan kulit kekinian.
Selanjutnya, muncul pula inovasi bisnis di bidang batik, seperti Tizania Batik yang bergerak dalam bidang batik latar ringkel dan By&G yang bergerak dalam bidang tas tenun agel kombinasi batik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: