Perusahaan rintisan di bidang pembayaran digital OVO baru-baru ini resmi menjadi unicorn, atau?startup?yang memiliki nilai valuasi minimal USD1 Miliar. Hal tersebut diungkapkan kembali oleh CEO OVO, Jason Thompson.
"Kami adalah?startup?pertama yang diumumkan oleh Menteri ketika kami menjadi unicorn," ujar Jason di Plaza Barat, Sabtu (12/10/2019).
Resminya OVO jadi unicorn kelima dari Indonesia tentunya bukan tahap akhir yang ingin dicapai OVO. Presiden OVO Karania Dharmasaputra membeberkan sejumlah hal terkait target OVO setelah jadi unicorn kelima.
Baca Juga: Sandang Gelar Unicorn, OVO Mau Apa Lagi?
"Saya sepakat sama teman-teman di OVO kalau kita tidak boleh cuma jadi the largest e-money player. Kita harus jadi national strategic asset," ujar Karania di Plaza Barat, Sabtu (12/10/2019).
Menurutnya, target ini sejalan dengan visi pemerintah untuk membangun ekosistem pembayaran digital yang terintegrasi. Tambahnya, dengan menjadi?national strategic asset, OVO dapat menjadi alat baru untuk pemerintah memonitor pergerakan uang digital yang semakin hari semakin naik nilainya.
"Sekarang kan transaksi elektronik makin naik, nah disitu pemerintah butuh tools, untuk menjaga stabilitas moneter kita. Pemerintah butuh alat monitoring dan akses yang baru terhadap pergerakan uang yang terjadi secara elektronik," katanya.
Karania menyebut bahwa ekosistem dan teknologi yang dimiliki OVO dan mitranya menawarkan banyak hal yang dapat dimanfaatkan pemerintah dalam mendigitalkan banyak program pemerintah.
"Dengan ekosistem dan teknologi yang kami punyai bersama teman-teman yang lain, mustinya banyak hal yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk banyak mendukung program pemerintah yang sekarang, mungkin masih banyak dilakukan secara offline," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: