Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Penelitian: Polusi Udara yang Buruk Dapat Tingkatkan Risiko Keguguran

        Penelitian: Polusi Udara yang Buruk Dapat Tingkatkan Risiko Keguguran Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Penelitian terbaru menyebutkan bahwa polusi udara bisa mengakibatkan risiko keguguran. Janin tersebut akan meninggal tanpa meninggalkan gejala yang nyata pada ibu hamil.

        Penelitian sebelumnya memperlihatkan adanya korelasi antara polusi udara dan komplikasi kehamilan. Tetapi penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Sustainability oleh tim peneliti dari universitas-universitas China menyoroti dampak polusi dan berhasil mempelajarinya.

        Penelitian ini menemukan bahwa paparan konsentrasi partikel partikulat udara yang lebih tinggi, serta sulfur dioksida, ozon, dan karbon monoksida, terkait dengan risiko keguguran yang lebih tinggi. Keguguran rawan terjadi pada trimester pertama kehamilan.

        Baca Juga: Kenali Aneurisma, Penyakit Mematikan Setelah Jantung dan Kanker

        Tak hanya itu, peningkatan risiko akan menjadi lebih parah dengan semakin tingginya konsentrasi polutan. Keguguran terjadi saat janin meninggal atau berhenti tumbuh pada awal kehamilan.

        Meskipun janin masih berada dalam rahim, dan sering terdeteksi selama tes ultrasonografi pada beberapa minggu kemudian. Para peneliti dari empat universitas serta Akademi Ilmu Pengetahuan China melacak kehamilan lebih dari 250.000 wanita di Beijing.

        Penelitian dilakukan sekitar tahun 2009 sampai dengan tahun 2017, termasuk dengan 17.497 wanita yang mengalami keguguran tak terjawab. Para peneliti menggunakan pengukuran dari stasiun pemantauan udara yang terletak di dekat rumah dan tempat kerja wanita untuk mengukur paparan subjek terhadap polusi udara.

        ?China berisi masyarakat tua dan penelitian kami memberikan motivasi tambahan bagi negara itu untuk mengurangi polusi udara demi meningkatkan angka kelahiran," terang peneliti tersebut, sebagaimana dilansir Asia One, Selasa (15/10/2019).

        Baca Juga: Perhatian, Moms! Hasil Penelitian Menyebut Menyusui Bisa Menekan Risiko Kanker Payudara

        Meskipun penelitian tersebut memperlihatkan hubungan kuantitatif antara polusi dan keguguran. Namun Profesor dari Departemen Obstetri dan Ginekologi Universitas Melbourne, Shaun Brennecke mengatakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat memerlukan sebuah eksperimen laboratorium pada embrio manusia.

        Kini tingkat polusi udara di ibukota China telah menurun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Walau begitu, tingkat konsentrasi partikulat di Beijing saat ini menunjukkan PM2.5.

        Hak ini merupakan partikel yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (mikrometer) yang dapat menembus jauh ke dalam paru-paru. Selain itu partikulat tersebut masih empat kali lebih tinggi daripada yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Abdul Halim Trian Fikri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: