Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Prof Rully Indrawan, mengakui bahwa salah satu penyebab belum berkembangnya UMKM secara signifikan adalah rendahnya kucuran kredit perbankan yang ditujukan untuk sektor UMKM.
Dari Rp5.300 triliun total kredit yang dikucurkan bank umum di Indonesia tahun lalu, kurang dari 20% atau sekitar Rp1.000 triliun saja yang ditujukan bagi UMKM. "Ke depan, perlu gerakan kolektif bangsa untuk memajukan sektor UMKM," ucap Prof Rully dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (17/10/2019).
Baca Juga: UMKM dan Koperasi, Pondasi Utama Hadapi Resesi Ekonomi Global
Kemarin, Rabu (16/10/2019) telah diadakan acara Workshop dan Temu Bisnis Nasional UMKM II di Graha Sabha Pramana (GSP) UGM, Yogyakarta.?Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Gadjah Mada (DPKM UGM) bekerja sama Bank BRI dan BRI Microfinance itu, Prof Rully melihat fakta di lapangan bahwa banyak UMKM tidak mudah mengakses dana kredit perbankan.
"Masih ada persoalan-persoalan administratif yang susah dijangkau UMKM," ungkap Prof Rully.
Meski begitu, Prof Rully mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus mendorong sektor UMKM agar terus tumbuh dan berkembang. "Dengan potensi sangat besar yang dimiliki, UMKM yang tangguh dan berkelanjutan, akan menjadi kekuatan Indonesia dalam mewujudkan kedaulatan ekonomi bangsa," ucapnya.
Lebih lanjut, Prof Rully menjelaskan bahwa kontribusi UMKM terhadap ekonomi nasional sangat luar biasa. Sektor UMKM mampu menyumbang 60,43% total PDB nasional. Selain itu, UMKM juga mampu menyerap total tenaga kerja sebesar 97% serta menyediakan 99% total lapangan kerja. "UMKM di Indonesia ini kalau diibaratkan seperti raksasa yang masih tertidur. Kalau UMKM ini didorong menjadi pelaku ekspor, dampak positifnya akan luar biasa bagi perekonomian nasional," kata Prof Rully.
Sementara itu, dalam sambutannya, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI, Eko Putro Sandjojo, mengatakan, sektor UMKM sangat strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan kesejahteraan. Dengan demikian, akan mengurangi kemiskinan sekaligus ketimpangan.
"Kendala pelaku UMKM tidak punya network dan minim inovasi sehingga perku diciptakan iklim usaha serta ekosistem yang mendukung," kata Eko.
Rektor UGM, Prof Panut Mulyono, menambahkan bahwa inovasi sangat penting agar produk UMKM dapat diterima pasar, seperti inovasi desain kemasan dan pemasaran. "Selain itu, UMKM juga perlu dukungan regulasi, kebijakan keuangan, pengembangan SDM, dan teknologi," katanya.
UKM Naik Kelas
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Koperasi dan UKM DI Yogyakarta, Sri Nukiatsiwi memaparkan program-program pembinaan koperasi dan UKM di wilayahnya agar berdaya saing dan bisa naik kelas. "Kalau kita bicara pembinaan UMKM, tidak bisa lepas dari koperasi. Karena, koperasi dan UMKM itu dua sektor yang tidak bisa dipisahkan," kata Sri.
Baca Juga: HarBigNas, Jadi Jurus Ralali Permudah Bisnis UMKM
Agar UMKM naik kelas, Sri mengaui bahwa pihaknya selalu hadir untuk memfasilitasi pelaku koperasi dan UMKM untuk menjawab segala masalah. Dari mulai masalah SDM, kelembagaan, hingga pemasaran. "Kita ada program dan sistem khusus pengembangan koperasi di UMKM di Yogyakarta. Tujuannya, agar program bisa tepat sasaran dan disesuaikan dengan kebutuhan pelaku usaha koperasi dan UMKM," ucap Sri.
Sri pun menjelaskan bagaimana manfaat dari Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUKM yang difasilitasi Kemenkop dan UKM yang ada di Yogyakarta. "PLUT sangat bermanfaat, terutama dalam menjawab persoalan pembiayaan, pemasaran, hingga produksi yang dihadapi pelaku usaha. Kita sudah memiliki sistem pembinaan bagi koperasi dan UMKM agar bisa berkembang, khususnya di Yogyakarta", pungkas Sri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Puri Mei Setyaningrum
Editor: Puri Mei Setyaningrum