Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tren Imbal Hasil Obligasi Negatif, Investor Mulai Lirik Bitcoin

        Tren Imbal Hasil Obligasi Negatif, Investor Mulai Lirik Bitcoin Kredit Foto: Unsplash/André François McKenzie
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Deutsche Bank pada pertengahan Agustus 2019 lalu menerbitkan laporan yang menyebutkan bahwa 27 persen dari total perdagangan obligasi (surat utang/bond) dunia mengalami tren imbal hasil (bunga) yang negatif. Dengan begitu, bukannya sukses meraup untung, dana yang ditempatkan sebelumnya oleh investor di portofolio obligasi justru terpangkas dan tidak sesuai dengan rencana investasi semula.

        "Ada US$17 triliun saat ini yang disimpan dalam obligasi dan berbunga negatif. Angka sebesar itu tentu menjadi alasan kuat bagi Anda semua untuk mulai memiliki bitcoin saat ini," ujar salah satu pendiri Gemini Crypto Exchange, Cameron Winklevoss, lewat twitter resmi pribadinya, beberapa waktu lalu.

        Baca Juga: Wow! UNICEF Mulai Terima Bitcoin Sebagai Donasi

        Sebagaimana dilansir cointelegraph pada pertengahan Oktober 2019 lalu, Winklevoss mengklaim telah terjadi sejumlah "migrasi" investasi seiring tren negatif yang terjadi pada imbal hasil obligasi tersebut. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh seorang investor bitcoin, Tone Vays, bahwa memang ada korelasi secara tidak langsung antara dinamika yang terjadi di pasar obligasi dengan minat masyarakat, terutama investor, terhadap portofolio bitcoin.

        "Makin banyak negara berkembang mencoba menghilangkan uang tunai di pasar dengan menerapkan suku bunga negatif, maka makin kuat pula dorongan terhadap banyak orang untuk berinvestasi dalam bitcoin," tutur Vays.

        Meski demikian, hingga sejauh ini klaim yang diajukan oleh Vays dan Winklevoss belum terlalu tampak jelas di pasar bitcoin. Sejak Juli 2019, misalnya, harga bitcoin justru terpantau jatuh hingga 40 persen. Fluktuasi harga bictoin justru berjalan cukup tinggi di kisaran US$7.900 per BTC. Pun, baik Vays maupun Winklevoss justru berpendapat bahwa rendahnya posisi harga bitcoin saat ini justru menjadi saat yang paling tepat bagi seseorang untuk dapat memulai aktivitas investasinya di bitcoin. Dengan kondisi tersebut, Vays dan Winklevoss justru meyakini bahwa harga bitcoin yang sedang murah bakal dapat menjadi alasan kuat lain yang berpotensi mengundang kalangan investor dunia untuk dapat mulai berinvestasi di bitcoin.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Taufan Sukma
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: