Langkah petinggi DPP Partai Nasdem menyambangi petinggi PKS dinilai sebagai bentuk halus untuk parpol yang dahulunya berseberangan dengan Jokowi-Ma?ruf Amin, tapi ingin merapat ke pemerintah.?
?Bisa ditafsirkan sikap Nasdem datang ke PKS sebagai bentuk sindiran halus ke parpol oposisi yang (ingin) merapat ke Jokowi, padahal dulunya berseberangan ekstrem,? ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno, Jumat (1/11/2019).
Pada Pilpres 2019, Gerindra mengusung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk bersaing Jokowi-Ma?ruf. Namun, usai gelaran Pilpres 2019, Gerindra justru merapat ke pemerintah. Bahkan, Prabowo yang menjadi capres duduk sebagai menteri pertahanan di Kabinet Indonesia Maju.
Baca Juga: Kasus Lem Aibon Rp82 Miliar Terkuak ke Publik, Politikus PSI Kena Semprot Gerindra!
Selain Gerindra, Demokrat dan PAN juga berupaya jalin komunikasi dengan Jokowi-Ma?ruf Amin usai Pilpres 2019. Namun, upaya kedua partai tidak mendapatkan kursi menteri di kabinet. Menurut Adi, ini berbeda dengan sikap PKS yang tetap memilih berada di luar pemerintahan.
?Nasdem ingin berterima kasih pada PKS yang konsisten memilih oposisi. Jalan sunyi yang tak diminati parpol yang kalah Pilpres,? ucapnya.
Adi melihat, dengan pertemuan kedua petinggi partai, Nasdem membuka komunikasi politik dengan PKS yg selama ini relatif berbeda pilihan politiknya.
Baca Juga: Gak Nyangka! Prabowo Bakal Alokasikan Gaji dan Tunjangan ke Yayasan, Warganet Geger!
?Tentu ini langkah baik menyolidkan suasana bahwa dalam politik tak bisa hitam putih, kerja sama yang utama,? ujarnya.
Sementara itu, menurutnya, sejak awal koalisi Jokowi pada periode keduanya menunjukkan gejala insoliditas. Gejolak itu, kata dia, tampak dari pembentukan Kabinet Indonesia Maju yang kisruh.
?Berat membangun soliditas koalisi jika sejak awal pembentukan kabinet kisruh dan chemistry antarkoalisi belum menyatu. Bulan madu koalisi Jokowi sepertinya sedang diuji,? tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Lestari Ningsih