PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC) pada tahun 2016 mendapat angin segar dengan kehadiran Elvyn G Masassya yang merupakan mantan Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan. Menteri BUMN kala itu, Rini Soemarno memberikan kepercayaan kepada Elvyn untuk menahkodai IPC setelah lama malang-melintang di dunia finansial, khususnya perbankan.
Tak lama setelah menjabat sebagai orang nomor satu di IPC, Elvyn membuat gebrakan dengan melakukan transformasi usaha di perusahaan pelabuhan pelat merah tersebut. Ia mencanangkan sebuah road mapdengan target membawa IPC menjadi perusahaan pelabuhan berkelas dunia (World Class Port) di tahun 2020.?
Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara, 18 Juni 1967 ini pun bergerak cepat dengan membagi road map IPC ke dalam lima fase. Pada fase pertama di tahun 2016, IPC melakukan persiapan dalam sisi sistem, standar serta prosedur yang dinamakan fase fit in infrastructure. Lalu, masuk ke fase kedua yakni peningkatan atau enhancementdi tahun 2017. Kemudian, perusahaan melalui fase establishment di tahun lalu.?
Baca Juga: Turunkan Biaya Logistik Nasional Hingga 4,9%, IPC Siapkan Jurus "Trilogi Maritim"
Pada 2019 ini, IPC memasuki era baru pelabuhan. IPC berada pada fase sustainable superior performance (performa yang berkelanjutan) dengan tiga fokus utama yaitu growth strategy, baik secara organik maupun non organik; national connectivity yang berarti cara IPC untuk terus membangun proyek-proyek strategis; dan global expansion.
Untuk organic growth strategy, IPC terus berupaya mengembangkan kapasitas internal, agar produktivitas bisa lebih tinggi, layanan bisa lebih cepat, dan biaya-biaya bisa lebih kompetitif. ?
Sementara, fokus national connectivityakan direalisasikan IPC dengan terus membangun proyek-proyek strategis, seperti membangun pelabuhan untuk peti kemas, non-peti kemas, curah cair, curah kering, dan sebagainya yang akan dilengkapi dengan kawasan ekonomi khusus (KEK). Ini untuk meningkatkan konektivitas antarpulau di Indonesia dari Barat sampai Timur.
Fokus ketiga di era sustainability ini, IPC ingin menjalankan global expansion. Melalui strategi ini IPC mulai melebarkan sayap dengan menjajaki potensi kerja sama. IPC menjadi operator pelabuhan di negara-negara seperti Filipina, Vietnam, Bangladesh, dan sebagainya yang rencananya akan dilakukan melalui anak-anak perusahaannya.
Jajaki Kemitraan
IPC melakukan berbagai upaya untuk peningkatan kualitas pelayanan operasional dalam rangka menuju visi yang sudah disepakati untuk menjadi pengelola pelabuhan berkelas dunia yang unggul dalam operasional dan pelayanan.?
Di tahun ke-4 kepemimpinannya, Elvyn langsung ngebut dengan membuat IPC rajin membangun kemitraan bersama pelaku dan operator global, melalui penandatanganan memorandum of understanding (MoU) atau nota kesepahaman dengan negara tetangga dari benua Afrika, Amerika dan Asia.
Tercatat, ada sepuluh MoU yang dijalankan IPC dengan berbagai pelabuhan dan otoritas pelabuhan negara tetangga diantaranya Guangzhou Port Authority, Ningbo-Zhoushan Port Group, Shenzhen Port of the Peoples Republic of China, Qatar Port Management Company, Panama Canal Authority, Sabah Port, POIC Sabah, Port of Townsville Limited Corp, Port of Lazaro Cardenas dan Djibouti Ports and Free Zones Authority.
Terakhir, IPC menggelar MoU bersama dengan Sabah Ports Authority. Nantinya, baik IPC dan Sabah Port bakal mendorong kerja sama dalam berbagai bidang, seperti logistik, industri pelabuhan, dan juga pendidikan. Kesepakatan bersama ini ditandatangani oleh Direktur Transformasi dan Pengembangan Bisnis IPC, Ogi Rulino dan Deputy Chairman Sabah Ports Authority, Datuk Maisuri Bin Besri.
Baca Juga: Fokus Digitalisasi, IPC Bidik Jadi Pelabuhan Berkelas Dunia
Dari kaca mata evlyn, sabah memiliki posisi yang strategis, berdekatan dengan Kalimantan Barat, di mana di sana juga akan beroperasi Pelabuhan Kijing. Kerja sama dengan operator pelabuhan ini akan memberikan nilai tambah. Ini sejalan dengan gagasan Trilogi Maritim sebagai solusi yang memadukan konsep tol laut dan pelabuhan yang terintegrasi. Ini juga menjadi langkah nyata mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
IPC dan Sabah Ports Authority juga sepakat untuk melakukan pendalaman inisiatif yang saling menguntungkan dengan berbagi informasi dan kebijakan tentang berbagai topik yang relevan dengan aktivitas kepelabuhanan.
Hal-hal ini mencakup, pelatihan personil, kerja praktik karyawan, studi banding, perbaikan operasional, perbaikan lingkungan maupun promosi pelayanan jasa kepelabuhanan yang bertujuan meningkatkan perdagangan dan jasa maritim.
Kerja sama ini melengkapi rangkaian MoU yang telah ditandatangani sebelumnya antara Indonesia dan Malaysia. Agustus lalu, jajaran Direksi IPC terbang ke Sabah untuk menyampaikan komitmen melalui penandatanganan MoU dengan beberapa pengelola (operator) pelabuhan di Sabah, Malaysia seperti Pelabuhan Sabah (Sabah Port Sdn Bhd) dan Pelabuhan Klaster Industri Kelapa Sawit (Palm Oil Industrial Cluster/POIC).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri