Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Cangkul Buatan UMKM Indonesia Lebih Baik dari yang Made In China! Tapi . . . .

        Cangkul Buatan UMKM Indonesia Lebih Baik dari yang Made In China! Tapi . . . . Kredit Foto: Kemenkop-UKM
        Warta Ekonomi, Surakarta -

        Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyebut, kualitas cangkul buatan Indonesia masih lebih baik daripada cangkul dari China.

        Namun, ada hambatan yang menjadi masalah bagi cangkul lokal Tanah Air. Menurut Teten, masalah berawal dari tidak terhubungnya produk UMKM dengan pasar.

        "Tadi saya lihat langsung dan bandingkan langsung antara produk cangkul lokal dengan buatan China. Ternyata, produk kita secara kualitas masih lebih baik", tandas Teten, usai berdialog dengan para perajin pandai besi alat-alat pertanian di Desa Cibatu, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (23/11).

        Baca Juga: Durian Indonesia Kalah Saing dari Malaysia dan Thailand di China, Ini Sebabnya!

        Di acara yang dihadiri Bupati Sukabumi H Marwan Hamami, Teten menambahkan, para perajin di Cibatu tidak terhubung dengan pasar, diantaranya pasar belanja pemerintah dan pasar lainnya.

        "Ini tidak boleh terjadi lagi. Masak cangkul saja impor. Saya sebagai Menkop dan UKM harus melindungi produk UMKM. Saya akan melindungi produk UMKM jangan kalah bersaing di negeri sendiri. Bukan hanya cangkul, melainkan produk alat pertanian lainnya", tegas Teten.

        Dalam dialog tersebut, Teten mendengar ada beberapa masalah. Diantaranya, masalah bahan baku yang tidak stabil, ada persoalan dengan standar produk, ada persoalan dalam pengembangan usaha dalam skala besar, dan sebagainya.

        "Sisi pembiayaan saya pikir tidak ada masalah. Kita ada KUR dengan plafon sebesar Rp190 triliun dan bunga murah enam persen", ucap Teten.?

        Teten berjanji akan bicara dengan Kementerian PUPR, Kementerian Pertanian, dan kementerian lain, bila membutuhkan cangkul.

        "Selain pasar pemerintah, produk UMKM harus juga masuk ke pasar online, harus sudah digitalisasi. Kami akan beri pelatihan agar produk UMKM di Cibatu ini bisa go online, supaya marketplace-nya lebih luas lagi", jelas Teten.

        Di samping itu, lanjut Teten, pihaknya juga akan bersinergi dengan Kementerian Perindustrian untuk menjadikan kawasan Cibatu sebagai Pilot Project pengembangan produk UMKM, khususnya produk alat-alat pertanian. "Skala usaha UMKM harus naik kelas, dari kecil ke menengah. Namanya jangan industri kecil terus, harus tumbuh", ucap Teten lagi.

        Teten juga berharap agar para perajin pandai besi di Cibatu bisa bergabung atau membentuk sebuah wadah bernama koperasi. "Sehingga, dalam menyalurkan pembiayaan, tidak lagi satu persatu ke masing-masing perajin, tapi langsung melalui koperasi", ujar Menkop dan UKM.

        Teten pun menegaskan bahwa pihaknya kini melakukan pendekatan secara kolektif, kluster, kelompok, berdasarkan jenis produk, wilayah, dan sentra-sentra produksi. "Dengan cara tersebut, Insya Allah, akan ada percepatan pertumbuhan UMKM di Indonesia", jelas Teten.

        Dalam kesempatan yang sama, Kasubdit Pemantauan Evaluasi dan Diseminasi Kebijakan Pengadaan Umum LKPP Hardy menjelaskan, sejak 2013 pihaknya sudah membangun pasar elektronik atau e-Katalog untuk pembelian barang/jasa di seluruh instansi pemerintah.?

        "Terkait alat-alat pertanian, kita sudah berkoordinasi baik dengan Kementan untuk memasukkan alat atau mesin yang dibutuhkan pemerintah. Namun, khusus cangkul, belum masuk ke dalam e-Katalog", ungkap Hardy.

        Broker Material

        Sementara itu, pemilik CV Rhodas (IKM produk alat pertanian asal Cibatu) Muhammad Suhendar berharap pemerintah tidak lagi melakukan impor cangkul dari luar negeri. "Produk kita lebih berkualitas dan bisa bersaing, asalkan tidak ada yang namanya broker-broker material yang memainkan harga material", ungkap Suhendar.

        Suhendar mengakui bahwa ketersediaan material sebagai bahan baku merupakan kendala besar yang kerap dihadapi para perajin di Cibatu. "Kita dapat harga material itu sudah tinggi. Jadi, agak sulit bersaing secara harga dengan produk luar. Barang impor itu sudah jadi dengan harga murah", ungkap Suhendar seraya menyebutkan bahwa material mereka dapatkan dari Cikarang dan Bekasi.

        Dalam sehari, aku Suhendar, CV Rhodas mampu memproduksi cangkul antara 500 hingga 1000 unit dalam satu line produksi. "Kalau jumlah produksi ingin lebih lagi, maka harus memakai 2-3 line. Saat ini, kita baru memakai satu line saja", pungkas Suhendar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tanayastri Dini Isna
        Editor: Tanayastri Dini Isna

        Bagikan Artikel: