Kredit Foto: Foto/Istimewa
Penasihat keamanan Amerika Serikat (AS) Robert O'Brien mengatakan, masih ada harapan kesepakatan awal dengan China dapat dilakukan pada akhir tahun ini. Namun, katanya, AS tidak akan tutup mata dengan apa yang terjadi di Hong Kong.
"Kami berharap, untuk meraih kesepakatan (tahap pertama) pada akhir tahun ini, saya pikir hal itu masih memungkinkan," kata O'Brien di Nagoya, Jepang, yang dilansir Aljazirah, Minggu (24/11).
Baca Juga: China Nyatakan Ingin Capai Kesepakatan Dagang Sementara dengan AS
Pernyataan ini menambah kekhawatiran bahwa tindakan keras China terhadap pengunjuk rasa antipemerintah berdampak pada upaya penyelesaian perang dagang. Padahal, perang dagang tersebut sudah melambatkan pertumbuhan ekonomi dunia.
Selain Hong Kong, ia juga mengatakan, AS tidak akan tutup mata atas apa yang terjadi di Laut China Selatan. O'Brien mengatakan, pemilihan umum distrik di Hong Kong yang berlangsung tanpa kekerasan menjadi tanda yang bagus.
"Pada saat yang sama kami tidak akan menutup mata dengan apa yang terjadi di Hong Kong atau Laut China Selatan atau di wilayah dunia lain di mana kami mengkhawatirkan aktivitas Cina," tambah O'Brien.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan, AS adalah sumber dari instabilitas dunia. Ia juga mengatakan, pejabat-pejabat AS keliling dunia untuk menyebarkan tuduhan tanpa dasar terhadap China.
"Amerika Serikat banyak terlibat dalam unilateralisme dan proteksionisme dan ini merusak multilateralisme dan sistem perdagangan multilateralisme. Itu sudah menjadi faktor utama destabilisasi dunia," kata Wang.
Ia menambahkan, untuk tujuan politik, AS sudah dengan sengaja menggunakan mesin negara untuk menekan bisnis China yang sah dan menetapkan dakwaan tanpa dasar terhadap mereka. Di pertemuan sela pada pertemuan menteri luar negeri G-20, Wang mengatakan, tindakan itu adalah perundungan.
Siap Memveto
Pada Jumat (22/11) lalu Presiden AS Donald trump mengatakan, ia sudah memberitahu Presiden China Xi Jinping bahwa tindakan keras Pemerintah China terhadap pengunjuk rasa di Hong Kong maka "berdampak sangat negatif"' pada upaya meraih kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang yang sudah berlangsung selama 16 bulan.
Sementara itu, dalam wawancara dengan Fox pada Jumat, Trump menyatakan, kemungkinan memveto Rancangan Undang-Undang (RUU) Hong Kong Human Rights and Democracy Act. Hal itu dilakukan karena Trump akan membela kesepakatan dagang AS dan China.
Baca Juga: Makin Luluh, Amerika Serikat Keluarkan Izin Lagi Buat 'Musuhnya' di China
RUU Hong Kong Human Rights and Democracy Act yang telah diloloskan Senat dan House of Representative ini menanti tanda tangan Trump sebelum berlaku. Jika lolos, RUU tersebut memberi mandat kepada pemerintahan AS untuk menjatuhkan sanksi kepada pejabat Hong Kong dan China terkait pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam unjuk rasa di Hong Kong.
"Kita harus berpihak pada Hong Kong, namun saya juga berpihak pada Presiden Xi (Jinping)," ujar Trump dikutip Washington Post.
"Ia teman saya. Ia orang hebat," katanya. "Saya berpihak pada semua yang kita inginkan, namun kita juga dalam proses menyusul kesepakatan perdagangan terbesar dalam sejarah. Jika kita berhasil, tentu bagus sekali."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: