Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Islam Gak Ngajarin Lawan Kekuasan Pakai Cara Kekerasan, Cetus Mahfud!

        Islam Gak Ngajarin Lawan Kekuasan Pakai Cara Kekerasan, Cetus Mahfud! Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menko Polhukam Mahfud MD menyatakan bahwa agama Islam tidak mengajarkan umat manusia melawan kekuasaan lewat cara kekerasan dan mengatasnamakan agama.

        "Islam adalah Rahmatan Lil-alamin (Rahmat bagi semesta) sehingga kita jangan merasa mau melawan kekuasaan mengatasnamakan Islam dengan kekerasan. Ndak ada ceritanya melawan pemerintah atau mengajak orang lain masuk Islam dengan kekerasan," katanya pada acara Silaturahim Ulama, Umaro, TNI, dan Polri di Pekalongan, Sabtu (7/12/2019).

        Dia juga menceritakan perjuangan Nabi Muhammad SAW saat masih hidup hingga wafat tidak pernah sekali pun memaksa manusia masuk (agama) Islam dengan cara memaksa maupun kekerasan karena Allah menciptakan (sesuatunya) dengan perbedaan.

        Baca Juga: Mahfud MD Anggap Angin Lalu Komentar Gerung

        Baca Juga: Ke KPK, Mahfud MD 'Update' Harta Kekayaan

        Demikian pula, dengan kondisi negara Indonesia yang diragami dengan banyak perbedaan namun dapat bersatu karena berdasar Pancasila.

        "Negara Pancasila, Islam sekarang ini sudah bagus sehingga mari kita kembangkan Islam yang ramah bukan Islam yang marah," katanya.

        Ia mengatakan perkembangan Islam yang ramah ini sudah ditunjukan oleh para ulama terdahulu dan kini diwarisi oleh para ulama-ulama yang hadir pada acara di sini (Acara Silaturahim Ulama, Umaro, TNI, dan Polri).

        Saat ini, kata dia, ajaran Islam Rahmatan Lil-alamin terus dikembangkan ke seluruh Indonesia demi untuk eksistensi negara menjadi "baldatun thoyyibatun wa robbun Ghofur".

        Dalam acara tersebut, Bupati Pekalongan Asip Kholbihi menambahkan, acara pertemuan antara ulama, umara, TNI, dan Polri adalah untuk menanggulangi gejala radikalisme dan ekstrem yang tidak sesuai dengan prinsip berbangsa dan bernegara.

        "Pada acara yang dihadiri sekitar 2.500 peserta terdiri atas ulama, umara, TNI, dan Polri ini sepakat bahwa apapun kondisinya, negara Indonesia harus dipertahankan," katanya. (Antara).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: