Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Barack Obama Yakin Wanita Bisa Menjadi Pemimpin Lebih Baik Dibanding Pria, Kenapa Tidak?

        Barack Obama Yakin Wanita Bisa Menjadi Pemimpin Lebih Baik Dibanding Pria, Kenapa Tidak? Kredit Foto: (Foto: Istimewa)
        Warta Ekonomi, Singapura -

        Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) periode 2009-2017 Barack Obama menyatakan perempuan lebih baik dibanding pria. Dia menilai, jika perempuan memimpin semua negara di dunia ini, maka akan terjadi lebih panjang peningkatan standar kehidupan dan hasilnya dapat dirasakan lebih besar.

        ?Perempuan memang tidak sempurna, tetapi mereka tak terbantah lebih baik dibanding pria,? kata Obama saat memberikan seminar kepemimpinan di Singapore Expo, Singapura, kemarin, dikutip BBC.

        Dia mengungkapkan, sebagian permasalahan di dunia itu berasal dari orang tua, sebagian besar adalah lelaki yang memegang kekuasaan. Obama juga berbicara mengenai polarisasi politik dan penggunaan media sosial untuk menyebarkan berita bohong. Menurutnya, saat berkuasa di Gedung Putih, dia kerap merenung ketika dunia dipimpin oleh banyak perempuan, maka hasilnya akan seperti apa.

        Baca Juga: The Growth Faculty Hadirkan Michelle Obama di Singapura

        ?Saya ingin kamu mengetahui, kamu memang tidak sempurna. Tapi, saya bisa dikatakan kamu itu lebih baik dibandingkan kita (pria),? papar Obama. ?Saya percaya diri bahwa setiap dua tahun jika suatu negara dipimpin oleh para perempuan, kamu akan melihat perubahan signifikan di banyak bidang dan tentang segalanya,? paparnya.

        Ketika ditanya apakah diaakan mempertimbangkan untuk kembali memimpin pemerintahan, Obama mengungkapkan bahwa pemimpin akan minggir ketika waktunya tiba. ?Jika kamu melihat dunia dan melihat permasalahan, biasanya itu disebabkan orang tua, lelaki tua, bukan menghindari jalan keluarnya,? ujarnya.

        Di sela-sela diskusi tersebut, Obama juga menyampaikan tips bagaimana seorang pemimpin politik menjalankan fungsinya. Menurutnya, penting bagi pemimpin untuk mencoba dan meyakinkan bawahannya melakukan pekerjaan. ?Tapi, jika kamu tidak ada di sana, kamu memperkuat kekuatanmu sendiri,? saran Obama, dilansir BBC.

        Baca Juga: Angela Merkel, Bukti Nyata dari Emansipasi Wanita! Bangga!

        Selepas Obama tidak lagi menjabat presiden, bersama istrinya, Michelle Obama, dia mendirikan yayasan yang melakukan mentoring kepada pemimpin muda di seluruh dunia. Pekan lalu mereka berada di Kuala Lumpur untuk menghadiri acara Yayasan Obama.

        Melansir MalayMay, saat berbicara di Kuala Lumpur, Obama menekankan para pemimpin seharusnya bisa dikelilingi oleh orang yang mau mengatakan bahwa mereka itu salah. ?Anda akan merugi jika anda dikelilingi ?yes people? sepanjang waktu,? katanya. Padahal, menurut Obama, pemimpin tidak akan tumbuh besar ketika dikelilingi ?yes people ?. ?Kamu telah melakukan kesalahan besar,? jelasnya.

        Nasihat Obama itu diungkapkan ketika ada pertanyaan dari partisipan Obama Foundation Leaders: Asia-Pacific Programme. Program tersebut merupakan program pengembangan kepemimpinan untuk mencari inspirasi, memberdayakan, dan menghubungkan para pemimpin yang berkembang di kawasan Asia-Pasifik.

        Sebagai pemimpin, Obama menekankan tentang arti penting percaya diri dan rendah hati. Dia mengatakan, seseorang yang memiliki kepercayaan diri untuk mengetahui bahwa seseorang tidak mengetahui semuanya, dan tidak perlu khawatirkan untuk mengatakan itu.

        Ketika ditanya siapa mentor dalam kepemimpinannya, Obama mengaku tidak memiliki seseorang individu yang menjadi inspirasinya. Namun, dia memiliki sejumlah orang di mana dia belajar tentang hal berbeda dan banyak hal. ?Selalu terbuka dan melihat di mana saya belajardari orang berbeda yang baikdan berbagai hal,? jelasnya.

        Baca Juga: Wow, Risma Jadi Inspirasi Perempuan Turki

        Dia menjelaskan, pemimpin juga sebaiknya terbuka denganbanyak orang sehingga memiliki banyak pengalaman. Dia mengungkapkan, saat menjadi presiden, Obama memiliki banyak orang lebih cerdas dibandingkan dirinya di pemerintahan. Tapi, dia tetap fokus pada agenda dan visi negaranya.

        Obama melalui organisasinir labanya, Obama Foundation, mengundang sekitar 200 pemimpin muda dari 33 negaradi Asia-Pasifik di Kuala Lumpur,Malaysia, pada 10-14 Desember lalu, 18 di antaranya berasal dari Indonesia. Mereka semua berkumpul untuk mengikuti berbagai kegiatan yang digelar Obama. Mereka berasal dari berbagai kalangan, mulai dari jurnalis, lembaga swadaya masyarakat, hingga aktivis sosial.

        Kegiatan yang diikuti diantaranya workshop peningkatan keterampilan, pelatihan pengembangan kepemimpinan,dan peluang untuk saling menjalin hubungan. Mereka juga berkesempatan mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan mereka dengan menggunakan pendekatan yang kreatif dan solutif.

        Selain itu, mereka juga mendapatkan masukan dan bekal tentang kemajuan dan peluang di wilayah Asia-Pasifik, kepemimpinan yang berlandaskan nilai, serta kaitan antara tujuan dan kewirausahaan. Sepulang dari Malaysia, mereka akan meneruskan pembelajaran secara online selama setahun penuh.

        Baca Juga: Ajib! Ini 5 Tokoh Wanita Paling Berpengaruh di Dunia

        Selain Barack Obama, pembicara lain yang hadir pada ajang tersebut antara lain YB Hannah Yeoh, wakil menteri perempuan, keluarga, dan pem bangunan komunitas Malaysia; Sri DrTony Fernandes, wirausahawan Malaysia dan pendiri AirAsia ;Dr Oyun Sanjaasuren, direktur hubungan eksternal Green Climate Fund.

        Seorang perwakilan dari Indonesia Jerry Winata yang juga kepala bawah Anambas Foundation mengatakan, Asia-Pasifik merupakan kawasan penting, baik secara politis, ekonomi, ataupun lingkungan mengingat populasinya banyak.

        Selain itu, negara di Asia-Pasifik juga menghadapi dilema orientasi pembangunan antara pertumbuhan ekonomi kontra perlindungan lingkungan hidup.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: