Soal Tentara AS Tewas di Afghanistan, Taliban: Pasukan Kami Meledakkan...
Kelompok Taliban Afghanistan mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan seorang tentara Amerika Serikat (AS). Kematian itu menambah jumlah tentara Amerika yang tewas dalam operasi tempur di Afghanistan sepanjang 2019 menjadi 20 orang.
Militer AS, dalam sebuah pernyataan, mengonfirmasi bahwa seorang anggota layanan militer tewas di Afghanistan pada hari Senin (23/12/2019). Pernyataan itu tidak merinci detail, termasuk identitas korban.
"Gerilyawan meledakkan kendaraan Amerika di Distrik Char Dara di Kunduz, Minggu malam," kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, dalam pesan WhatsApp kepada AFP.?
Baca Juga: Oh Jadi Ini Lokasi Gudang Bom Nuklir AS di Turki
Klaim itu berisiko menggagalkan lagi perundingan damai antara AS dan Taliban. Presiden Donald Trump pada bulan September menyatakan negosiasi telah mati setelah Taliban membunuh seorang tentara Amerika dalam pemboman di Kabul.
Negosiasi kedua pihak dirintis lagi di Doha, tetapi awal bulan ini ditunda setelah pemboman terjadi lagi di pangkalan udara Bagram, utara Kabul.
Sekitar 20.000 tentara asing, sebagian besar dari mereka adalah orang Amerika, berada di Afghanistan sebagai bagian dari misi NATO yang dipimpin AS untuk melatih, membantu, dan memberi nasihat kepada pasukan Afghanistan. Beberapa pasukan AS melakukan operasi kontra-terorisme terhadap kelompok-kelompok militan.
Sekadar perbandingan, jumlah tentara Amerika yang tewas di Afghanistan sepanjang tahun 2019 adalah 20 orang. Pada 2018 sebanyak 13 tentara Amerika tewas dan 11 tentara Amerika terbunuh pada tahun 2017.
Baca Juga: Demi Lepas dari Jeratan Jaringan . . . Amerika, Rusia Lakukan Langkah Ini!
Ada 12.000 hingga 13.000 tentara Amerika di Afghanistan, meskipun Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan jumlah itu kemungkinan akan berkurang menjadi 8.600 tentara jika tidak ada kesepakatan dengan Taliban.
Gedung Putih pada awalnya berencana untuk mulai menarik pasukan sebagai bagian dari kesepakatan yang hampir diumumkan dengan Taliban pada bulan September.
"Kami memiliki misi di Afghanistan," kata Esper saat konferensi pers pada hari Jumat pekan lalu di Pentagon. "Jadi, sampai kita yakin bahwa misi telah selesai, kita akan mempertahankan kehadiran untuk melakukan itu."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: