Minta Kekebalan, Oposisi Israel: Netanyahu Terbukti Bersalah
Oposisi Israel menyebut permintaan kekebalan baru-baru ini oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu kepada parlemen menunjukkan bahwa dia tahu dirinya bersalah. Netanyahu saat ini ditutut dalam tiga kasus korupsi.
"Netanyahu tahu bahwa dia bersalah. Ketika seseorang tahu bahwa dia tidak bersalah, dia tidak takut untuk menghadirkan dirinya di pengadilan," kata pemimpin Partai Biru dan Putih Benny Gantz, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (2/1/2020).
Baca Juga: Kena Kasus Korupsi, Kok Netanyahu Minta Dilindungi Parlemen?
Sementara itu, tokoh oposisi lainnya, yang juga merupakan pemimpin Partai Yisrael Beytenu, Avigdor Lieberman, mengatakan partainya akan memilih menentang pemberian kekebalan terhadap Netanyahu.
Sebelumnya diwartakan, Netanyahu mengatakan dia meminta kekebalan parlemen atas penuntutan dalam tiga kasus korupsi yang menjeratnya. Langkah itu dapat menunda proses pidana terhadapnya selama berbulan-bulan.
Kekebalan parlemen adalah hak anggota parlemen untuk imunitas atau kekebalan dari penuntutan hukum. Netanyahu membutuhkan dukungan 61 dari 120 legislator untuk mendapatkan kekebalan parlemen. Jadwal voting dukungan itu belum ditentukan.
Netanyahu resmi didakwa atas tuduhan korupsi pada November lalu. Dia telah diselidiki selama hampir tiga tahun sehubungan dengan tiga kasus terkait korupsi dengan nama kode "Kasus 1000", "Kasus 2000", dan "Kasus 4000".
Dalam "Kasus 1000", dia dituduh menerima hadiah senilai sekitar USD270.000 pada tahun 2017 dari miliarder Australia James Packer dan pengusaha Israel-Amerika Arnon Milchan.
Dalam "Kasus 2000", Netanyahu dituduh memberikan hadiah dari negara kepada bos media Yedioth Ahronoth, Arnon Mozes, sebagai imbalan untuk mendapatkan liputan media yang melayani kepentingan Netanyahu.
Netanyahu dan istrinya Sarah diduga terlibat dalam kasus korupsi Bezeq-Walla, juga dikenal sebagai "Kasus 4000". Dalam kasus ini, mereka dituduh mempromosikan kepentingan Bezeq, penyedia telekomunikasi terbesar di negara itu, dengan imbalan liputan yang menguntungkan dari kegiatan Netanyahu oleh situs berita Walla yang dikendalikan oleh perusahaan tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: