Dokter hewan dari IPB University, Prof drh Agus Setiyono, MS, PhD. APVet mengatakan, obat untuk mengatasi virus corona pada kelelawar belum ditemukan. Virus berbeda dengan bakteri maupun parasit sebab hidup di sel yang jika dihancurkan akan merusak organ, mahluk hidup akan mati.
Menurut Prof Agus, harus hati-hati soal penanganan khusus pasien terjangkit virus corona. Baik itu dari dokter hewan atau dokter medis.
Baca Juga: Menkes Pastikan Virus Corona Belum Masuk ke Indonesia
"Saya tidak posisi dalam menjawab itu. Itu harus dipastikan nomor satu adalah diagnosisnya lebih dahulu. Diagnosis harus konfirmasi tidak bisa spekulasi bahwa sama dengan yang diberitakan," kata Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Dosen dan Peneliti pada Divisi Patologi FKH IPB University itu, belum lama ini.
Prof Agus mengatakan, kemungkinan dampak dari infeksi virus itu dapat bermacam-macam seperti gangguan respirasi, bahkan infeksi berbagai jaringan organ. Namun, gejala tersebut harus dipastikan terkonfirmasi lebih dahulu sebelum tindakan pengobatan dilakukan.
"Namun, sejauh ini memang obat untuk virus itu sangat terbatas dan mahal. Kalau boleh dikatakan, obat untuk virus ini belum ada," papar Agus.
Agus menjelaskan, penyebab sulitnya ditemukan obat penawar karena virus hidup dalam sel sehingga untuk menghancurkan virus nomor satu yang dilakukan harus menghancurkan selnya lebih dahulu.
"Nah, kalau sel dihancurkan, organ rusak mahluknya mati. Rumit. Berbeda dengan bakteri atau parasit lainnya karena hidupnya virus dalam sel ini," katanya.
Dengan demikian, kata Agus, jika ada obat-obatan yang dikembangkan bukan sesuatu hal uang keliru. "Tidak keliru juga, baru dikembangkan, yang akuratnya apa. Itu kan Tamiflu tentunya harus ada pengujian. Tamiflu untuk flu burung, ini kan corona virus berbeda lagi," kata Agus.
Seperti yang diungkapkan Prof Agus, Virus Corona yang merebak di Wuhan, China sedang diteliti Profesor dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University bersama? Research Center for Zoonosis Control, Hokkaido University, Jepang. Terdapat enam virus yang dibawa kelelawar selain corona virus yang berhasil diidentifikasi yakni alpha herpesvirus, paramyxovirus, polyoma virus, paramyxovirus, dan bufavirus.
"Dalam kurun waktu lima tahun, enam paper dihasilkan dan semuanya berbicara tentang virus, salah satunya corona virus," kata Agus.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: